Baca juga: Upaya KAGAMA Jabar dan KAGAMA Cirebon Dorong UMKM agar Lebih Tumbuh
Tentu apabila sebelumnya telah dihubungkan dengan sistem pusat layanan kesehatan yang berbasis internet.
Jebolan S3 Fisika Monash University Australia ini pun yakin harga alat radiografi digital karyanya jauh lebih murah ketimbang alat serupa bikinan luar negeri.
Pria kelahiran yang berulang tahun tiap 24 Agustus ini lantas berkisah bahwa dirinya sudah melakukan riset radiografi digital sejak 30 tahun lalu.
Hasil riset itu lantas diluncurkan pada 2005 (15 tahun silam) sebagai produk unggulan UGM.
Namun, kesempatan hilirisasi itu baru datang saat ini kala Presiden Joko Widodo meluncurkannya bersama puluhan produk penanggulangan Covid-19 yang lain.
Peluncuran itu berlangsung di Istana Negara, 20 Mei lalu.
“Ketika diluncurkan, saya pikir ini tidak main-main. Saya bersama tim bekerja keras menyempurnakan alat ini,” ujar Bayu.
Alumnus S1 Fisika UGM angkatan 1984 ini pun mengaku sudah ada tiga alat radiografi yang dia produksi.
Masing-masing untuk keperluan mendapatkan izin produksi, izin edar, dan uji coba ke pengguna.
Kata Bayu, alat buatannya yang bermerek Madeena (Made in Indonesia) itu sudah dipakai di rumah sakit Tabanan Bali.
“Soal hilirisasi dan komersial, sepenuhnya saya serahkan ke Pemerintah dan stakeholder bidang kesehatan,” ucap Bayu.
“Kami sudah mengajukan izin produksi dan izin edar. Apalagi, Presiden sudah meminta untuk produk inovasi monitoring covid dipermudah izinnya,” pungkas bapak dua orang anak ini. (Ts/-Th)
Baca juga: Hati-hati! Epidemiolog UGM Angkat Bicara Soal Rencana Pembukaan Bioskop Secara Serentak