Seni Gamelan untuk Ruwatan Tolak Balak Zaman Prabu Syaelendra

1143

Baca juga: Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia yang Jadi Politikus Bandel di Masa Muda

Gendhing Patalon Menaklukkan Pageblug

Prabu Syaelendra mengucapkan terima kasih pada tim pendita. Sedangkan Empu Yogiswara selaku ketua tim spiritual, malah merasa terhormat mendapat kepercayaan dari raja. Atas kemurahan Kanjeng Sinuwun Syaelendra dirinya dapat membantu rakyat banyak. Wabah krasak yang muncul dari cekungan sela matangkep dapat diredakan. Singgah singgah kala singgah. Pan suminggah Durga kala sumingkir.

Atas ijin dan restu Sang Prabu, gangsa itu dipersembahkan kepada kerajaan Mataram Dulangmas. Empu Yogiswara memberi julukan gangsa Mataram dengan nama nada Syaelendra atau Laras Slendro. Syae artinya berbobot indah. Indra berarti raja linuwih. Penamaan laras slendro ini merupakan bentuk penghargaan kepada Prabu Syaelendra. Sedang gangsa yang dibuat ini pemeliharaannya mirip merawat kuda. Maka seperangkat gangsa disebut juga dengan istilah gamelan.

Musik gamelan laras slendro ini punya urutan nada ji ro lu mo nem. Bila berkumandang membuat perasaan merinding. Segenap makhluk halus Jim peri perayangan kalah wibawa. Mereka tunduk dan takluk dengan alunan gamelan laras slendro. Begitu peka, tajam, runcing nada laras slendro, maka disebut dengan istilah estetis yaitu seni karawitan. Dalam seni karawitan nyata menampilkan barang indah, lengkap dan padu. Masing masing unsur punya posisi rawit yang sempurna. Fungsinya untuk menjaga keselarasan alam.

Pagelaran seni karawitan pada zaman Prabu Syaelendra selalu dimulai dengan alunan Gendhing Patalon. Gendhing ini berjumlah tujuh macam. Yakni Gendhing Cucur Bawuk lambang kelahiran. Gendhing Pareanom lambang masa anak anak. Gendhing Lambang Sari untuk masa pernikahan. Gendhing Sukma Ilang lambang kesempurnaan, ayah ayak lambang niat suci. Gendhing Srepeg lambang perjuangan. Gendhing Sampak lambang keberhasilan.

Kenyataan dalam sejarah, para raja lantas menggunakan gamelan sebagai sarana tolak balak. Gamelan menjadi sarana untuk menyuburkan tanah. Irama gamelan dipercaya oleh orang Jawa untuk mengusir hama tanaman. Dengan begitu tanah Jawa akan selalu subur makmur.[]

*Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara – LOKANTARA

Baca juga: Pertolongan Mendiang Prof. Kapti Rahayu kepada Guru Besar FTP UGM yang Pernah Sakit Jantung