Bengawan Solo, Mengalirkan Sejarah Keutamaan

1465

Baca juga: Gunung Merapi dan Virus Corona, Tanda Kedatangan Sabdo Palon dan Naya Genggong?

Cara menebang kayu jati Alas Donoloyo menggunakan sesaji dan ritual khusus. Sesaji dari Kraton Surakarta Hadiningrat dipersiapkan oleh abdi dalem Purwo kinanthi. Lantas diselenggarakan wilujengan yang dipimpin ulama Kraton. Semua peserta harus berbusana kejawen jangkep. Nyamping, beskap, blangkon, samir, keris, sabuk wala, sabuk timang untuk pria. Sanggulan, kebaya hitam dan nyampingan untuk putri. Khusus abdi dalem Purwo kinanthi berbusana kemben. Wilujengan selesai lalu kayu jati boleh ditebang. Dilakukan dengan hati hati. Jangan sampai sembrono. Bisa kuwalat. Ini pekerjaan yang diawasi oleh para leluhur.

Kayu kentir atau hanyut di kali keduwang. Terus bersambung ke Bengawan Solo. Tiba di Langenharjo Sukoharjo. Abdi dalem siap menjemput. Kayu diambil dan ditumpuk di Pelataran pesanggrahan Langenharjo yang megah indah dan mewah. Diselenggarakan ritual kesenian dengan nanggap wayang. Lakonnya Babad Wonomarto. Dalang, wiyaga dan waranggana diberi atribut mastis, yakni sumping gajah oling. Atribut ini berfungsi untuk menolak balak dan gangguan makhluk halus yang tidak kasat mripat. Pagelaran wayang kulit semalam suntuk ini berlangsung meriah. Baru kayu diangkut dengan gerobak. Kusir gerobak didampingi tukang gerong yang pintar ura ura dan rengeng rengeng.

Bengawan Solo memiliki ritual yang menarik. Karena berkaitan dengan eksistensi pusat kekuasaan Jawa. Raja Paku Buwono, berarti penguat dan pengikat jagad raya. Keberadaan air Bengawan Solo juga dipasok dari Grojogan sewu bawah gunung Lawu. Air ini selalu digunakan untuk sesuci oleh Sinuwun Prabu Brawijaya, raja Majapahit.

Diapit Gunung Kendheng dan Gunung Renteng

Komponis Gesang dengan tepat menggambarkan keadaan Bengawan Solo. Lagu langgam keroncong ini telah mendunia. Di negeri Jepang, Korea, Taiwan lagu ciptaan Gesang amat populer. Liriknya sederhana, tapi maknanya mengena. Karya asli anak bangsa yang menghadirkan rasa hormat dan bangga. Bisa digunakan sebagai kaca benggala buat generasi muda. Agar mau berusaha, bekerja dan berkarya.

Bengawan Solo, riwayatmu kini. Sedari dulu jadi perhatian insani. Musim kemarau tak seberapa airmu. Di musim hujan air meluap sampai jauh. Mata airmu dari Solo. Terkurung gunung seribu. Air meluap sampai jauh. Dan akhirnya ke laut. Itu perahu riwayatnya dulu. Kaum pedagang selalu. Naik itu perahu.

Baca juga: Pusat Studi Kebudayaan UGM Pernah Menyimpan Buku Terlarang pada Tahun 80-an

Jumlah air yang ditampung Bengawan Solo berasal dari berbagai Kabupaten. Sukoharjo, Boyolali, Surakarta, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten atau SUBOSUKO WONOSRATEN. Di luar Solo raya menampung air dari Kabupaten Grobogan dan Blora. Lantas sebagian karesidenan Madiun, Ngawi, Ponorogo, Magetan. Masuk wilayah Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik dan Surabaya. Terakhir Bengawan Solo bermuara ke selat Madura.

Sebelah kiri aliran Bengawan Solo terdapat jajaran pegunungan Kendheng. Gunung ini kaya tambang semen, kayu jati, minyak tanah, padi gogo dan burung perkutut. Serat Centhini karya Sinuwun Paku Buwono V membahas dengan rinci kekayaan gunung Kendheng. Sebelah kanan aliran Bengawan Solo adalah jajaran pegunungan Renteng.

Ada lagu anak anak yang terkenal pada tahun 1950 an. Cepu Bojonegoro, lor Rembang kidul Blora. Mengetan Tuban. Babad lan Lamongan, Gresik Surabaya. Lagu ini sebagai bahan ajar untuk siswa SD. Cocok untuk pengenalan lingkungan dan geografi. Penyajian bahan ajar cocok dengan jiwa anak yang memerlukan nuansa estetis. Learning by playing, belajar sambil bermain. Konsep makarya sinambi ura ura.

Ternyata Bengawan Solo menjadi penyangga kehidupan, kekayaan, kebudayaan dan kebajikan. Inilah ganjaran dari Tuhan. Semoga membuahkan kebagian bagi sekalian umat manusia. Tanah Jawa ngejayeng jagad raya. Matur nuwun. *(Dr. Purwadi S.S., M. Hum., Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara – LOKANTARA)

Baca juga: Musim Kemarau Tiba, Virus Corona Tiada?