Saran Psikolog UGM kepada Mereka yang Terkena PHK Akibat Covid-19

1937

Baca juga: Willem Wandik Sebut Otsus sebagai Instrumen untuk Tangani Pandemi Corona di Papua

Dari situ datanglah rejeki dalam bentuk lain, misalnya diberi makanan atau ditolong tetangga saat sedang kesusahan.

“Motivasi internal inilah yang harus dipelihara. Jadi, jangan menganggap situasi membuat keadaan terpuruk.”

“Tetapi bagaimana kita bisa berpikir alternatif mencari berbagai pekerjaan berharga lainnya, walaupun dari sisi penghasilan tidak sebanyak yang didapatkan saat situasi sebelum krisis,” tegasnya.

Menstabilkan biaya hidup di saat pendapatan sedang menurun tidak mudah.

Oleh karena itu, sebaiknya pekerja yang di-PHK mengendalikan pola konsumsinya.

Baca juga: KAGAMA Filsafat Bantu Mahasiswa Bidikmisi Selama Darurat Covid-19

Menurut pengalaman Sumaryono, berapapun penghasilan seseorang, pasti selalu ada kemungkinan digunakan sampai habis.

Dalam arti, semakin naik penghasilan maka gaya hidup juga bisa semakin naik.

“Jika logikanya demikian, berarti berapapun yang kita punya bisa tetap cukup memenuhi kebutuhan,” jelasnya.

Menurutnya, situasi seperti ini bisa menjadi kesempatan untuk mengevaluasi diri tentang indikator hidup cukup kita.

Cukup dan tidak cukup, kata Sumaryono, juga tergantung manajamen finansial.

Dalam situasi sesulit apapun pasti ada celah untuk mencari alternatif bertahan hidup.

“Di situasi seperti ini, penting memanfaatkan akal dan hati kita untuk berpikir kreatif dan menjaga jejaring. Kita semua punya sahabat, ajak mereka untuk berkolaborasi,” jelasnya. (Kn/-Th)

Baca juga: Farmasi UGM Salurkan Bantuan Hand Sanitizer Buatan Sendiri untuk Faskes DIY