Ngurah Nata: IPK 4,00 Tidak Menjadi Target

2560

Baca juga: Uniknya Penyambutan Wisudawan Teknik Geologi UGM

Ia mengaku senang dapat mengampu mata kuliah anatomi di fakultasnya.

Selain itu, ia juga menyibukkan diri dengan menjadi pembicara di berbagai forum serta praktik sebagai dokter.

“Saya penyuka ilmu anatomi. Sebagai salah satu ilmu utama kedokteran, selain fisiologi, anatomi tentu sangat penting pada seluruh cabang ilmu kedokteran,” ungkapnya.

Bagi Ngurah, ilmu tersebut tentunya akan menunjang pemahaman penyakit dan kinerjanya sebagai seorang dokter.

Ia juga meyakini penguasaan ilmu tersebut mempermudah untuk mempelajari ilmu baru pada jenjang pendidikan dokter spesialis.

Baca juga: Vira Enjella, Wisudawan Tersingkat UGM Diterima Magang di Kemensetneg RI

Selain untuk diri sendiri, dengan menguasai lebih dalam, Ngurah berharap dapat menghadirkan pembelajaran anatomi yang lebih menyenangkan dan mudah dipahami.

“Karena meskipun penting, ilmu anatomi merupakan salah satu momok bagi para mahasiswa pendidikan dokter,” ujarnya.

Resep Belajar

Ketika ditanya mengenai cara belajar yang ia terapkan terkait nilai sempurna yang ia dapat, Ngurah mengaku justru bukan seorang kutu buku.

Ia terbiasa mempelajari sesuatu dengan mendalam hanya ketika tertarik dengan topik yang dibahas.

Namun di sisi lain ia berpendapat bahwa pendidikan di Indonesia memang mengharuskan seoarang mahasiswa mempelajari banyak hal terlepas dari suka maupun tidak.

“Tidak bisa dipungkiri, perkuliahan memaksa kita untuk terus belajar meskipun tidak begitu tertarik dengan topiknya. Tetapi dengan melihat bahwa topik yang diberikan merupakan fondasi untuk pengembangan diri selanjutnya, maka tentu sangat baik jika menguasai topik-topik tersebut,” ungkapnya.

Menurutnya, pengalaman paling unik selama kuliah justru ketika ia mengerjakan hasil penelitian.

Baca juga: Wisudawan Termuda Diploma, Sasqia: Mama Selalu Menguatkan Saya

Hasil penelitian yang ia bawa pada supervisornya untuk dikonsultasikan justru sering mendapat tambahan variabel masalah yang harus dipecahkan.

Penambahan itu berarti ia harus melakukan beberapa penelitian ulang terhadap variabel baru yang diberilan.

Hal itu tak membuatnya menyerah, justru terkadang menjadikan motovasi tersendiri untuk dapat segara memecahkan masalah yang ada.

“Baik itu masalah secara teoritis yang harus dipelajari dan dikupas tuntas, sampai dengan masalah waktu dan impian kapan wisuda akan terwujud. Kiat-kiatnya, senyumin aja dulu. Kemudian take pause, jangan emosi. Kembali ke motto hidup. Dan sekali lagi, tujuan sekolah adalah untuk belajar bukan? Tentunya masalah adalah sumber pembelajaran, dan itu membuat pendidikan berhasil,” ucapnya.

Dengan IPK sempurna yang ia dapat, Ngurah mengaku sangat bahagia.

Baca juga: Gigih Prakoso Ajak Wisudawan Berkontribusi dalam Bisnis Gas

Namun hal itu menurutnya tak pernah ia benar-benar targetkan.

Ia lebih memilih mengikuti petuah ayahnya semasa SMA untuk mendalami dan memahami setiap materi yang diberikan daripada hanya mengejar target IPK.

“Jadi, IPK tidak pernah menjadi target. IPK semata-mata sebuah penilaian objektif yang dibuat oleh kampus untuk menilai pemahaman dan juga keberhasilan mereka mendidik peserta didiknya,” jelasnya.

Ngurah mengaku keberhasilannya tak lahir begitu saja.

Orang tua dan teman terdekatnya turut andil dalam mebawanya menjadi lulusan terbaik.

Baca juga: Tujuh Momen Menarik Saat Wisuda di UGM

Ia mengaku semenjak S1 telah terbiasa dengan lingkungan yang kompetitif dan saling mendukung.

Sehingga ketika menempuh S2, ia tak mendapat halangan yang berarti karena telah terbiasa dengan tekanan akademik yang berat.

Selepas lulus S2 ia berencana untuk melanjutkan pendidikannya kembali.

Namun ia mengaku belum ingin merealisasikannya segera.

Sembari menunggu ia ingin mengabdi di fakultasnya dengan mengajar dan berberna sebagai dokter klinis. (Thovan)

Baca juga: Kisah Luthfi, Wisudawan Sekolah Vokasi yang Menggagas Himpunan Mahasiswa Kearsipan Indonesia