Kaltim Jadi Rekomendasi UGM untuk Ibu Kota Baru

486

Terlebih posisi Kaltim yang berada di tepi bisa menjadi salah satu bentuk simbol dan daya dukung adanya wacana ‘Indonesia Poros Maritim Dunia’ yang suda digaungkan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.

“Kita saat ini sedang krisis simbol, kalau di Palangkaraya justru mematikan simbol,” tambahnya.

Namun, ia pun menyebutkan Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan juga bisa menjadi opsi lain.

Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. juga menyebutkan bahwa tipe pengembangan ibu kota baru adalah sebagai pusat pemerintahan. Namun masih memerhatikan adanya fungsi ekonomi yang menunjang.

Rencana pemindahan ibu kota ini juga diharapkan bisa menjadi cara menggerakkan perekonomian masyarakat.

Melihat Kaltim merupakan provinsi dengan sumberdaya alam terkaya di Indonesia, hal ini bisa menjadi modal untuk  membangun industri dan perekonomian masyarakat dari hulu hingga hilir.

“Penting juga untuk dipertimbangkan bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional, seperti Singapura yang pertumbuhannya sangat pesat.”

“Jadi, ibu kota yang baru dapat membentuk zona-zona ekonomi baru, juga memperkuat pertahanan dan keamanan nasional,” tambah Ir. Tumira, M. Eng., Ph.D., dosen Teknik Elektro UGM.

Menanggapi hal tersebut, Nizam, Dekan UGM, merespon bahwa pusat pemerintahan yang baru lebih condong seperti Canberra yang sepi, namun masih ada fungsi ekonomi yang menunjang.

Selain itu  juga harus menciptakan adanya konektivitas yang baik dengan pusat-pusat ekonomi di kawasan Kalimantan dan sekitarnya.

“Jika ibu kota di Kalimantan, harus dekat dengan pusat-pusat energi. Pusat-pusat industri harus didata dan didesain lagi.”

“Suku-suku di Kalimantan masih lebih kuat motivasinya untuk maju, sehingga bisa diberdayakan sebagai sumber daya manusia,” terangnya.

Ia juga menambahkan perlunya pengaturan zonasi terkait hal tersebut.

Menurutnya, untuk pertumbuhan ekonomi tersebut perlu ada grand scenario secara kuantitatif.

Dari industri yang ada dapat dioptimalkan untuk diolah sendiri, dikaitkan dengan skenario jangka panjang perekonomian Indonesia, khususnya terkait ekonomi maritim.

“Mulai dari penguatan pelabuhan-pelabuhan, penyediaan kapal, industri logam, permesinan, eknologi informasi. Lalu dilengkapi dengan penguatan SDM lokal,” imbuhnya. (Rosa)