Peta Perbincangan Isu Negatif dalam Pemilu 2019: Isu Identitas Masih Mendominasi

208

“Beda sama yang masih muda, mereka lebih punya digital native,” lanjut Gaffar menjelaskan.

Isu negatif termasuk hoaks ini marak diperbincangkan di media sosial, terutama para pengguna Twitter di Indonesia. Ada puluhan frasa terkait kandidat presiden dan KPU, berupa kata-kata yang terselip dalam percakapan atau tweet, serta berupa tagar.

“Dari kumpulan tweet ini, kami memaknai dua hal. Tweet yang berbicara isu negatif dan yang melakukan counter isu negatif tersebut,” umar Wegik saat memaparkan hasil temuannya.

Wegik kemudian memaparkan timeline perbincangan isu negatif ini. Menurutnya, ada kenaikan isu di momen-momen tertentu, entah dari kandidat presiden maupun KPU.

Saat pra-pemilu (12-16 April) perbincangan isu negatif tentang paslon 01 mencapai 64,14 persen. Masuk ke hari pelaksanaan pemilu (17 April), persentase perbincangan isu negatif paslon 01 semakin naik menjadi 70,94 persen.

Sedangkan pasca pemilu (18-22 April), sasaran perbincangan isu negatif mengalami perpindahan yang cukup drastis yakni, mengarah ke KPU dengan persentase 63,43 persen.

“Tanggal 18 April, pada titik ini tren perbincangan isu negatif terkait KPU selalu naik. Pra pemilu, hari H pemilu, dan pasca pemilu, mempunyai tren isunya masing-masing,” jelas Wegik. Ada pun persebaran isu negatif di Indonesia, paling tren berada di Jawa Barat, Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Benten.

Frasa dan tagar dalam perbincangan isu negatif saat pra pemilu meliputi PKI, ulama, islam asing, kristen, jawa, muslim, dan tionghoa. Kemudian saat pemilu berlangsung frasa yang tersisip diantaranya kafir, beribadah, kristen, fitnah, menang, yahudi, batak, dan agama.

Sementara pasca pemilu, netizen lebih sering menyebut frasa curang, kalah, hoax, polri, count, kepalsuannya, input data, tercoblos, surat suara, dan hasil. Ini merupakan sebagian dari frase yang tren dalam perbincangan isu negatif di setiap periode. Dari sekian banyak frasa yang ditemukan, isu identitas masih mendominasi pemilu kali ini.

Gaffar dan Wegik bersama timnya ingin mengetahui gambaran emansipasi orang terhadap isu negatif. Mereka berharap hasil riset ini bisa menjadi acuan untuk membuat rekomendasi kebijakan.(Kinanthi)