Kuliah Umum Kelapa Sawit: Penerapan Teknologi untuk Perkebunan Belum Optimal

1529

Joko menambahkan, ada pula teknik yang bisa dilakukan yaitu dengan fertilizer. Dengan cara ini pupuk bisa dikurangi tanpa mengurangi efektifitas. Karena pada umumnya tanaman hanya bisa menyerap nutrisi pupuk sebesar 30 persen. Masih berhubungan dengan fertilizer, kata Joko, orang juga mengembangkan bio fertilizer/mikroba.

Untuk menganalisis kondisi perkebunan secara lebih luas, di era milenial ini bisa menggunakan teknologi pesawat tanpa awak (drone).

“Meskipun penggunaan drone sebenarnya kurang berperan dalam pengembangan tanaman secara langsung, tetapi drone bisa membantu melihat jumlah pohon dan luas perkebunan. Kita bisa melakukan sensus pohon dengan drone. Sebab jumlah pohon seringkali menimbulkan masalah,” jelas pria yang saat ini menjabat sebagai Vice President Director PT Astra Agro Lestari Tbk.

Seharusnya dengan penerapan teknologi, semua pihak yang bergerak di bidang pertanian mampu menyederhanakan proses bisnis, khususnya dengan penggunaan mekanisasi aplikasi. Namun, kenyataannya penerepan tersebut belum sepenuhnya terlaksana.

Padahal dengan mesin pengolahan hasil panen bisa lebih merata. Meskipun begitu, kekurangan dari adanya mekanisasi aplikasi ini adalah ancaman jumlah SDM yang bisa saja berkurang, sehingga perlu memilih alat yang benar-benar tepat.

“Presition fertilizeng dengan foto udara tujuannya agar kita bisa menganalisa. Sekarang era-nya mikroba, karena teknologi ini cukup ramah lingkungan dan efisiensinya lebih. Orang tetap bisa menanam, tetapi pengolahannya menggunakan alat. Semua serba mekanis di era digital, yang belum bisa adalah panennya. Perlu dilakukan berkali-kali riset ke depannya untuk mengembangkan ini,” jelas pria yang juga menjabat sebagai ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) ini.

Joko kembali meberikan contoh penerapan teknologi yang spesifik, yakni penerapan otomasi grading dengan sistem scanning buah. Baginya ini masih menjadi tugas semua elemen.

Meskipun belum masal, teknologi ini sudah mulai dicoba beberapa orang. Joko menilai perlu adanya inovasi alat untuk melakukan sortir pada bahan pertanian. Dalam hal ini segala pekerjaan kasar bisa digantikan oleh alat.

“Kalah dalam produksi dan kalah melakukan efisiensi, maka kita akan kalah dalam kompetisi. Untuk itu teknologi menjadi penting. Tantangan pengembangan teknologi ada pada tanaman, operasional, infrstruktur, dan pabrik. Kita butuh seseorang yang expert dari perguruan tinggi utuk menjawab tantangan ini. Industri perlu mewujudkan pertanian yang kompetitif dari aspek teknologi,” demikian Joko menyimpulkan.(Kinanthi)