Memaksimalkan Lahan Sempit untuk Pertanian Produktif

2070

“Hal ini perlu ditingkatkan, supaya produksi bahan pangan tetap stabil dan tidak kalah dengan produksi pangan dari lahan pertanian pada umumnya,” tulis Yoshi dalam tesisnya untuk meraih gelar Magister Ekonomi Pertanian.

Para petani di kecamatan Jetis telah mengalokasikan input produksinya dengan tepat sasaran. Tidak hanya itu, dari segi perawatan para petani ini melakukaan pemupukan sesuai kebutuhan. Efisiensi lahan juga didukung oleh manajemen usaha tani yang cukup baik.

Ada pun temuan lain yang jarang menjadi perhatian, ternyata petani juga memberdayakan anggota keluarganya yang sudah memasuki usia produktif.

Pemberdayaan tersebut dilakukan dengan menggugah kesadaran anggota keluarga untuk melestarikan lahan pertanian. Dengan upaya ini juga mereka bisa melakukan regenerasi petani.

Yoshi merujuk pada pemikiran Bansil (1969). Meningkatnya penggunaan input seperti pupuk dan pestisida ini sangat berkaitan dengan efisiensi produksi pertanian. Jumlah barang ini bisa dikatakan sebaagai modal utama.

Tidak cukup dengan penggunaan input, pendidikan dan pelatihan teknis bagi sumber daya manusianya juga diperlukan. Sebab, efisiensi pada si operator berperan besar pada output pertanian. Menurut Sumaryanto (2001), kapasitas dan kapabilitas manajerial petani berpengaruh pada efisiensi dalam pengelolaan usaha tani.

Meskipun para petani telah cukup lama menggeluti pekerjaannya, seringkali mereka belum berhasil memanfaatkan lahan sempit karena kemampuan teknis ini.

Efisiensi penggunaan lahan sempit ini pastinya akan mempengaruhi peningkatan pendapatan para petani. Bisa dikatakan teknik pemanfaatan merupakan solusi tepat untuk mengatasi lahan sempit dan meningkatkan produksi bahan pangan, khususnya di daerah Kecamatan Jetis, Bantul.

“Ini pun bisa jadi salah satu problem solving bagi lahan pertanian sempit di daerah lainnya,” jelas Yoshi.(Kinanthi/Magang)