Mengawetkan Makanan dengan Cangkang Kepiting dan Udang, Lebih Tahan Lama

797

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Makanan seperti ikan, tahu, bakso, dan buah yang mudah membusuk biasanya diawetkan dengan formalin atau bahan kimia lainnya. Saat ini telah ditemukan terobosan baru dari cangkang kepiting dan udang untuk mengawetkan makanan.

Hal ini disampaikan oleh Dr. rer. net. Ronny Martien, Dosen Farmasi UGM dalam konferensi pers yang diadakan di Kantor Humas dan Protokoler UGM pada Jumat (11/01/2019).

Pengawet seperti formalin banyak ditemukan pada ikan, bahkan tahu. Hasil dari penggunaan formalin memang baik untuk mencegah pembusukan, tetapi tidak baik apabila dikonsumsi tubuh.

Permasalahan lain juga ditemui pada pengusaha seperti cilok, geprek, sambal, dan susu almond. Produk dari bisnis mereka memang bagus, tetapi perkembangannya hanya berada dalam taraf lokal saja karena terkendala pada pengawetan, sehingga produk mereka mudah mengalami pembusukan.

Masalah pada pengawetan makanan ini dapat diatasi dengan menggunakan nanokitosan yang terbuat dari cangkang kepiting dan udang. Ronny menjelaskan bahwa pengawet makanan sebenarnya sudah ada dan aman dikonsumsi.

Ia mencontohkan dengan sambal yang menggunakan pengawet makanan biasa hanya akan bertahan dalam dua minggu. Ronny pun menyarankan agar pengusaha sambal tersebut menambahkan pengawet ke dalam makanannya. Akan tetapi, hal tersebut tidak dilakukan karena penambahan pengawet akan mengubah citra rasa sambal.

Berbeda dengan pengawet biasa yang dapat mengubah citra rasa makanan, nanokitosan tidak akan mengubah rasa maupun warna pada makanan. Selain itu, penambahan nanokitosan ternyata juga semakin memperpanjang waktu kadaluwarsa dari makanan.

“Sambal dengan pengawet makanan hanya akan bertahan dalam dua minggu. Tetapi, sambal yang ditambah dengan nanokitosan mampu bertahan selama tiga bulan,” ungkap Ronny.

Dosen farmasi tersebut juga telah bekerja sama dengan teman-teman nelayan dari Ambon. Dengan menggunakan nanokitosan, ikan yang diperoleh nelayan dapat lebih awet selama 12 hari.

Hal ini jelas akan sangat menguntungkan bagi nelayan kecil karena mereka tidak memiliki mesin pendingin, sehingga biasanya menggunakan banyak es batu untuk mengawetkan ikan. Akan tetapi, dengan nanokitosan ini mereka dapat mengurangi penggunaan es batu, sehingga lebih menghemat ongkos produksi .

Pengaplikasikan nanokitosan yang berbentuk cair pun cukup mudah. Dengan melarutkan nanokitosan dengan air, bahan makanan seperti ikan dan buah dapat dicelupkan ke dalamnya.

“Setelah dicelupkan, pengguna tidak perlu merendam dalam beberapa waktu karena nanokitosan akan melapisi bahan makanan dengan cepat tanpa bau maupun warna, sehingga cukup ditiriskan saja,” ujarnya.(Tita)