Inovasi Cairan Anti Hama Tanpa Merusak Tanaman Karya Dosen UGM

225

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Keprihatinan terhadap tingginya penggunaan pestisida di kalangan petani telah mendorong dihasilkannya inovasi berupa anti hama dari cangkang kepiting dan udang.

Hal ini disampaikan oleh Dr. rer. net. Ronny Martien, Dosen Farmasi UGM dalam konferensi pers yang diadakan di Kantor Humas dan Protokoler UGM pada Jumat (11/01/2019).

“Problem yang ada di Kopeng, Jawa Tengah itu petani sayurnya selalu menyemprot pestisida. Jadinya, sekitar pukul tujuh pagi bau pestisida pasti sudah menyengat. Padahal pestisida sendiri kurang baik untuk tubuh,” ujar Ronny.

Pestisida memang banyak digunakan karena Indonesia yang beriklim tropis memudahkan perkembangan hama, terutama jamur dan bakteri. Ronny yang telah lama menekuni kajian nanopartikel kemudian berinisiatif untuk membuat nanokitosan dari cangkang kepiting dan udang untuk melindungi tanaman dari hama.

Menurut Ronny, cangkang kepiting dan udang digunakan karena mengandung kitosan dan bahan bakunya selalu tersedia. Limbah cangkang ini dikelola menjadi anti hama dalam bentuk cair, sehingga sangat mudah digunakan dengan cara disemprotkan atau dicelupkan. Berbeda dari pestisida yang membunuh hama, produk ini befungsi untuk melapisi (coating) tanaman untuk melindungi tanaman dari hama.

“Prinsip dari kitosan ini seperti jas hujan, hanya melindungi saja. Kalau kitosan disemprotkan ke hama, maka hamanya tidak mati. Justru kitosan ini juga dapat menyehatkan tanaman,” ungkap Ronny.

Kitosan telah digunakan oleh petani di Lombok dengan lahan seluas 25 hektar. Hasilnya pun cukup mengejutkan karena mampu meningkatkan hasil panen dari 7 menjadi 13 ton.

Dengan menggunakan kitosan yang telah digarap selama tujuh tahun ini sudah pasti mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida. Dengan demikian, hasil panen tanaman yang menggunakan anti hama dengan kitosan akan meningkat dan lebih sehat daripada yang menggunakan pestisida.(Tita)