Perubahan Perilaku pada Budaya Tatanan Baru Memang Tidak Bisa Dilakukan dalam Semalam

452

Baca juga: Hati-hati! Epidemiolog UGM Angkat Bicara Soal Rencana Pembukaan Bioskop Secara Serentak

“Jika konsekuensi tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan pelaku, itu akan menjadi feedback yang memfilter agar dia tidak lagi melakukannya.

“Atau dia akan melakukan perubahan perilaku di kemudian hari,” terang alumnus Fakultas Biologi UGM angkatan 1984 ini.

Namun sebaliknya, lanjut Ali, jika perilaku itu menghasilkan konsekuensi yang diharapkan, pelaku akan terdorong untuk melakukannya lagi secara berulang.

Sehingga, perilaku tersebut  menjadi suatu kebiasaan karena kembali dilakukan di kemudian hari.

Menurut Ali, kebiasaan ini bila dikembangkan di suatu organisasi tentu bakal menjadi suatu budaya.

Baca juga: Begini Cara Memilih Asuransi Kesehatan yang Tepat Selama Pandemi

Di sisi lain, Ali melihat bahwa keselamatan memang cenderung membawa konsekuensi yang tidak disukai.

Sebaliknya, kegiatan berisiko malah menimbulkan konsekuensi yang ‘menyenangkan’.

Dalam hal ini, dia menyoroti tentang penggunaan masker masyarakat Indonesia di tengah pandemi Covid-19.

“Kalau kita bertanya kepada orang yang bekerja di rumah sakit, mereka mengatakan bahwa penggunaan masker berguna untuk menghindari penularan Covid-19,” ucap Ali.

“Namun, bagi orang lain, penggunaan masker disebut repot, tidak nyaman, dan berat di ongkos. Sebagian pesepeda mungkin bilang, ‘Aduh, saya menjadi susah bernapas, nih’,” lanjutnya.

Baca juga: Sikap Bupati Ayu Retno Dumilah yang Membuat Purabaya Berubah Nama Menjadi Madiun