Menyantap Kuliner Tradisional dengan Suasana Alam di Warung Kebon Kalasan

2180

Baca juga: KAGAMA Sulbar Distribusikan Bantuan APD ke Polewali Mandar

”Kalau dibawa pulang rasanya kadang udah beda. Kalau di makan di tempat, nggak nyaman juga karena di pasar,” ujarnya.

Di Warung Kebon Kalasan, orang bisa menikmati makanan tradisional dengan lebih nyaman.

Sejuk bakal dirasa sepanjang bersantap, karena lokasinya berdekatan dengan sawah dan ditumbuhi pohon, serta dikelilingi tanaman hijau.

Alam dan makanan tradisional menurutnya merupakan perpaduan yang serasi.

Semua kalangan bisa menikmati hidangan tradisional di sini, termasuk anak-anak.

Erni sejak awal mendesain warungnya agar ramah anak, dengan menambahkan arena khusus bermain anak dan rak di salah satu gazebo yang berisi buku-buku anak.

Di akhir pekan, kamu bisa menyantap makanan tradisional sambil menyaksikan live musik.

Baca juga: Kata Puthut EA, Dunia Kepenulisan Itu Menegangkan

Selain jajanan pasar, menu makanan lainnya yaitu soto ayam batok, pecel, ayam geprek, tambir ayam, aneka gorengan, dan lain-lain.

Sementara minumannya, ada teh, minuman jeruk, wedang uwuh, wedang tape, wedang asem, es kolangkaling, es timun, dan aneka jus buah.

Semua menu makanan rata-rata dijual dengan harga Rp500 – 22.000. Sedangkan minumannya, mulai harga Rp3000-9.000 saja.

Warung yang terletak di Jalan Cangkringan, Selomartani, Kalasan ini buka setiap hari, pukul 08.00-16.30 WIB.

Setiap harinya, Warung Kebon Kalasan menerima konsumen paling sedikit 40 kedatangan.

Di hari-hari kerja, warung ini cukup ramai di pagi hingga siang hari. Sementara saat akhir pekan, Warung Kebon Kalasan bisa ramai sepanjang hari.

Konsumen yang datang beragam, ada rombongan keluarga, anak-anak muda, dan komunitas.

Warung Kebon Kalasan kadang kala juga menjadi tempat transit wisatawan. Tersedia parkir cukup luas, terutama untuk sepeda motor dan mobil.

Meskipun jauh dari pusat kota, akses jalan menuju ke sini relatif mudah, karena lokasi berada di pinggir jalan raya. (Kn/-Th)

Baca juga: Dirjen KSDAE Alumnus UGM Sebut Cara Selamatkan Keragaman Hayati Pasca The New Normal