Baca juga: Owner Jawara Banten Farm Alumnus UGM: Jangan Bertani dan Beternak Hanya karena Sedang Tren
Mereka ingin KAGAMA Balikpapan membuat produk turunan hasil dari panen cabai.
Didiek dan Ical pun yakin, produk sambal akan memberikan dampak keberlangsungan bagi petani cabai lokal.
“Karena saat musim panen, banyak lombok luar yang membanjiri pasar Balikpapan,” kata Arif.
“Sehingga, petani lokal kalah bersaing dengan petani dari daerah lain, seperti Sulawesi dan Jawa,” jelas alumnus Teknik Geodesi UGM angkatan 1994 ini.
Kesepakatan untuk membuat produk sambal pun disepakati setelah anggota KAGAMA Balikpapan beberapa kali berdiskusi.
Baca juga: Beban Berlapis, Begini Trik Mengatur Keuangan bagi Sandwich Generation
Mereka yang berembug adalah Didiek, Ical Chaniago, Yuniar, Nicko, Arif, Arry Devichanti (Ayiek), Nunik, Evi dan Eptika (Ani).
Secara spesifik, produk olahan cabai yang disepakati adalah sambal khas Balikpapan dengan bahan lokal.
“Ciri khasnya adalah ikan laut yang banyak di Balikpapan seperti papuyu, baby cumi, cakalang, kakap, sepat, teri, udang papay, dan ikan asin,” ujar Arif.
“Juga ikan lokal seperti haruan (gabus). Selain bahan baku ikan, juga dibuat varian seperti sambal bawang, matah, bajak dan sambal ijo.”
“Untuk menguatkan brand Balikpapan, maka dipilihlah nama produk Sambal Bahari Khas Balikpapan,” jelasnya.