Belajar Kemanusiaan dari Rektor Ketujuh UGM Prof. Dr. Teuku Jacob

4894

Baca juga: Kebijaksanaan Tak Menjamin Seseorang Bebas dari Korupsi

Meski demikian, Pak Jacob percaya ada celah untuk menyelamatkanya.

“Mungkin bisa diperbaiki lewat pendidikan, meskipun tentu membutuhkan waktu lama,” tuturnya dengan yakin.

Hak-hak Manusia: dukkha dan sukha

Penghormatan terhadap hak-hak manusia penting dilakukan dalam mereduksi dukkha (derita) yang ditimbulkan pihak lain.

Perwujudannya adalah evolusi mental dan ahimsa (nirkekerasan).

Namun, Pak Jacob menggarisbawahi, kesuksesan evolusi mental dan ahimsa tergantung pada pendidikan dan pencerdasan.

Dia menilai, UGM memiliki peran pokok dalam mendidik bangsa; pencerdasan bangsa secara utuh.

 “Pada bagian awal pendidikan, mahasiswa harus dipersiapkan menjadi manusia yang otonom (mandiri), berpendirian, dapat menimbang dan memutuskan sendiri, dan bertanggung jawab,” ucap Pak Jacob, menyaranan.

Baca juga: Mendidik Anak Down Syndrome Agar Mandiri

Selain itu, menurutnya, sifat lain yang mesti dibentuk pada masa-masa mahasiswa adalah mampu memilih yang baik, benar, dan bagus, tak mudah tergoda oleh yang tak relevan, kreatif, dan menjadi intelektual yang berani dan jujur.

Ada alasan tersendiri mengapa Rektor UGM periode 1981-1986 ini memiliki harapan yang tinggi terhadap pendidikan.

Pasalnya, dia prihatin dengan kemampuan manusia yang dapat menimbulkan penderitaan kepada sesamanya.

Menurut Pak Jacob, tiap-tiap manusia memiliki kapasitas untuk menimpakan kekerasan yang mengakibatkan penderitaan pada orang lain.

“Dengan berkembangnya otak serta kebebasan dan keterampilan tangan, berbagai macam cara telah dipergunakan untuk pemenderitaan pihak lain,” tutur Pak Jacob.

Balas Dendam

Pak Jacob bertutur, derita (dukkha) dapat dihitung dengan satuan D.

Nilai D berkisar antara 0 (tidak terasa) dan 10 (mati).

Baca juga: Kembangkan Aspek Emosi Anak Usia Dini, Guru Perlu Berikan Stimulasi