Empat Tahun Dubes Wahid Bertugas di KBRI Moskow, Wisatawan Rusia ke Indonesia Meningkat Nyaris 100 Persen

869

Baca juga: Ketua KAGAMAHUT Semangat ‘Ngumpulke Balung Pisah’ Berkat Kuatnya Jiwa Korsa Rimbawan

“Keinginannya untuk pergi ke Indonesia semakin mantap. Kebetulan, setiap tahun Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri menyelenggarakan acara pemeran dagang terbesar Trade expo Indonesia di bulan Oktober,” paparnya.

Ayah Lubarto, Sartoyo, adalah eks mahasiswa ikatan dinas yang pada masa Pemerintahan Orde Baru disebut eks Mahid.

Sartoyo datang ke Rusia pada 1961 untuk belajar ilmu hukum di RUDN University (sekarang Universitas Patrice Lumumba).

Mantan lawyer ini memilih menetap di Rusia karena situasi Indonesia tengah kacau kala itu.

“Saya sempat bertemu dengan ayah Lubarto, Sartoyo, pada saat perkenalan saya dengan masyarakat di KBRI awal April 2016,” tutur Dubes Wahid.

Baca juga: Jelang Idul Adha, Kemenhub Lepas Kapal Ternak dengan Rute Baru untuk Dukung Swasembada Pangan

“Dengan memakai kursi roda, dia mendekati saya dan memperkenalkan diri berasal dari daerah Banyumas. Saya pun akhirnya berbicara dengan Bahasa Jawa ala Banyumasan (ngapak).”

“Dia menyambutnya dengan semangat, karena jarang sekali ketemu orang Jawa yang bisa ngomong ngapak,” terang sosok kelahiran 18 Agustus 1959 ini.

Dalam kesempatan itu, Sartoyo menyambung percakapan Dubes Wahid dengan bersemangat.

“Hampir lupa ngapak saya, untung Pak Dubes dari Kebumen, kita jadi sering-sering ngomong ngapak,” ujar Sartoyo kala itu.

Dubes Wahid ingat betul bahwa Sartoyo mengaku sebagai Sukarnois. Sebab, di pecinya ada pin bendera Indonesia dan Rusia, serta lambang garuda.

Baca juga: Benarkah Kebun Sawit Penyebab Kerusakan Hutan Dunia?