Kata Dosen FIB UGM, Social Distancing adalah Cara Beragama yang Menghargai Kehidupan

1372

Baca juga: Wujud Solidaritas dan Toleransi KAGAMA Bali di Tengah Pandemi

Dengan demikian waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi wabah pun akan semakin lama.

Kemudian, kata Munjid, biaya yang diperlukan selaras dengan kenaikan jumlah korban jiwa.

Di sisi lain, keberadaan wabah dinilai Munjid membuat orang-orang mesti memaknai ibadah Ramadan dengan cara berbeda.

Yakni sejak laku pembatasan sosial digemakan demi memutus rantai penyebaran Covid-19.

“Hakikat puasa adalah pengendalian hawa nafsu, disiplin diri, laku asketisme (kezuhudan),” kata Munjid.

Baca juga: Mengenang Prof. Hermien Kusmayati, Pengkaji Sastra dan Koreografer Alumnus UGM yang Keibuan

“Dengan tetap tinggal di rumah dan menerapkan social distancing, sebetulnya kita juga sedang melaksanakan asketisme sosial,” jelas peneliti di Pusat Agama dan Lintas Budaya (CRCS) UGM tersebut.

Oleh sebab itu, ucap Munjid, seluruh warga harus mengikuti dengan imbauan pemuka agama untuk beribadah dari rumah selama Ramadan. Baik itu salat lima waktu, salat tarawih, termasuk menunda salat jumat.

Pria kelahiran 1969 itu juga mengajak kepada umat muslim Indonesia untuk tidak mudik selepas Ramadan usai.

“Kita jangan melakukan hal-hal yang menimbulkan keramaian, tunda reuni, tunda hajatan dll,” ucap Munjid.

“Mari kita buktikan bahwa agama yang kita anut adalah agama yang merupakan bagian dari solusi. Bukan agama yang merupakan bagian dari persoalan,” tandasnya.

Baca juga: KAGAMA Balikpapan Bagikan Paket Lauk Cuma-cuma untuk Buka Puasa Warga