Melihat Canthelan di Bekasi yang Disulap Teguh WS Jadi Pasar Noceng

616

Baca juga: Upaya Pengabdian Masyarakat Tim Peneliti Fakultas Biologi UGM dalam Mitigasi dan Penanganan Covid-19

“Yakni dengan cara menyediakan sayuran segar dan bahan-bahan pokok yang ditebus dengan harga serba Rp2000 setiap item. Nilai riil sayuran dan bahan pokok yang disediakan berkisar antara Rp3000-10.000, dengan rata-rata sekitar Rp5000 per item.”

“Atau 2,5 kali lipat dari uang yang dibayarkan oleh pembeli di Pasar Noceng,” jelas alumnus Fakultas Kehutanan UGM tersebut.

Teguh menjelaskan, Pasar Noceng buka 3 hari sekali. Total sayur atau bahan pokok yang disediakan berjumlah lebih dari 700 item barang.

Setiap pembeli boleh mengambil 5-7 macam barang. Dana yang diperoleh dari pembelian itu dipergunakan untuk operasional selanjutnya.

Selain itu, tim pengelola Pasar Noceng juga membangun jaringan donasi untuk mengumpulkan dana dari para donatur, baik perorangan, lembaga, atau komunitas.

Baca juga: UMKM Perlu Manfaatkan Teknologi Agar Naik Kelas

“Setiap kali buka diserbu oleh kurang lebih 150 keluarga dari berbagai RT dan RW yang ada di sekitar lokasi Pasar Noceng,” tutur Teguh.

“Bahkan pernah sampai 356 keluarga saat Pasar Noceng buka di sebuah desa kecil di ujung utara Karawang. Sejak 20 Juni hingga hari ini, nilai riil sayuran dan bahan pokok yang terdistribusi mencapai Rp144,65 juta.“

“Uang hasil penjualan yang dikumpulkan dari keluarga-keluarga yang belanja di Pasar Noceng mencapai Rp53,27 juta. Sehingga jumlah subsidi yang sudah dibagikan melalui program ini mencapai Rp91,38 juta,” terangnya.

Upaya Pasar Noceng tidak berhenti di situ. Pada Kamis (15/10/2020), program Pasar Noceng Peduli Pedagang Asongan dan Kecil (PePAK) diresmikan.

Peresmian tersebut dihadiri oleh Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto.

Baca juga: Bioenergi dari CPO Kelapa Sawit Bisa Jadi Solusi Implementasi RUU Energi Baru dan Terbarukan