Membangun Jogja yang Aman dan Nyaman dengan Nilai-nilai Budaya Istimewa

287

Baca juga: Sumbangsih Mahasiswa UGM di Awal Kemerdekaan RI

“Saya sebagai orang psikologi, pembangunan yang bagus ya pembangunan keamanan. Bukan dalam arti fisik, tetapi pembangunan yang membuat semuanya nyaman,” ungkapnya.

Dalam mewujudkan keamanan, dibutuhkan peran dari berbagai elemen salah satunya POLRI, yang bertugas untuk memelihara keamanan dan ketertiban nasional, penegakan hukum, memberi perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk mengurangi risiko gangguan keamanan dan kerawanan sosial di DIY, Daud menyampaikan solusinya, yakni dengan menerapkan sistem (Masjid) Pathok Negoro, sebagai sarana ketahanan sosial budaya yang tersembunyi.

“Tentu bukan berbasis agama. Tetapi Pembangunan Pendidikan yang Berkelanjutan (PPB). Selaras dengan nilai budaya hamemayu hayuning bawana,” ujar Daud. Kemudian dirikan lembaga PPB yang tersebar di berbagai lokasi strategis di DIY.

Baca juga: Ganjar Pranowo Ajak Alumni Berkontribusi Atasi Persoalan Negeri

Pembangunan untuk Indonesia Bahagia

Hampir senada dengan Koentjoro, Daud menjelaskan pembangunan pada akhirnya tidak ditujukan untuk membuat hidup lebih mudah dan lebih banyak.

Tetapi, pembangunan bertujuan agar masyarakat hidup berkualitas dan bahagia.

Mengutip dari sebuah buku, Daud mengatakan Indonesia bahagia berlandaskan keanekaragaman budaya yang mencerdaskan, mendamaikan, dan menyejahterakan masyarakat.

Nilai-nilai Budaya Istimewa DIY Jadi Modal Pembangunan

Kutipan buku tersebut relevan dengan pembangunan di DIY.

Dipaparkan oleh Daud, nilai-nilai budaya istimewa DIY meliputi hamemayu hayuning bawana (menciptakan dunia yang indah dan sejahtera berdasar harmoni Tuhan, sesama, dan lingkungan), sumbu filosofi kota Yogyakarta (panggung krapyak, keraton, tugu, yang mengajarkan hakikat kehidupan manusia dari pembuahan hingga ke sang pencipta), menunggaling kawula gusti=golong gilig=tahta untuk rakyat=gotong royong, serta catur gatra tunggal dan sistem pathok negoro (konsep mandala yaitu, sinergitas antara pusat dan pinggiran).

Daud juga mengungkapkan, DIY merupakan gudangnya maestro kreativitas.

“Dengan modal budaya seperti itu seharusnya tidak ada lagi kekhawatiran bagi DIY untuk menghadapi masa depan. Asalkan kita semua mau menerapkan nilai-nilai kearifan tadi dalam konteks kekinian. Teguh, komitmen, jujur, dan sungguh-sungguh dalam menerapkan nilai-nilai budaya adiluhung tersebut,” jelas Daud.

Dalam implementasinya, kata Daud, nilai-nilai budaya itu dibawa pada perilaku keteladanan, pembudayaan, dan pelembangaan. Ketiganya saling berkesinambungan.

“Dengan demikian harapannya nilai-nilai budaya DIY bisa menjadi modal untuk mewujudkan pembangunan yang aman dan damai,” pungkasnya. (Kinanthi)

Baca juga: KKN UGM Gandeng PP KAGAMA Kembangkan Kawasan Perkotaan Baru Rasau Jaya