Demi Kesehatan dan Keselematan Kerja Pembatik, UGM Luncurkan Desa Sehat Batik di Kulonprogo

196

Baca juga: Pertanian, Industri dan SDM Jadi Kunci Sulut Siap Tantang Era Industri 4.0

Sebab, di sekitar area industri tersebut terdapat pemukiman yang menjadi rumah bagi ibu dan anak.

Ada pun observasi yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa perlindungan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) bagi pembatik masih minim.

Hal tersebut diperparah lagi dengan minimnya komitmen untuk menjaga kesehatan lingkungan di sekitar tempat kerja oleh pemilik usaha.

Sekretaris Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM, Sang Kompiang Wirawan, S.T., M.T., Ph.D., menyatakan bahwa upaya-upaya ini memang sudah sewajarnya dilakukan oleh UGM.

Hal itu karena memang sudah tugas UGM untuk melayani negeri ini.

Kompiang berharap agar aksi ini tidak berhenti sampai di sini saja.

Menurutnya, peluncuran di Kecamatan Lendah ini hanya mewakili sebagian saja dari keseluruhan industri batik di Yogyakarta, bahkan di seluruh Indonesia.

Baca juga: Sebuah Studi Ungkap Cara Atasi Stres di Kalangan Mahasiswa

“Batik telah menjadi identitas bangsa kita. Permasalahan yang harus diselesaikan selanjutnya bagaimana membuat gerakan ini lebih besar lagi.”

“Jika industri batik nasional sudah dinyatakan aman, maka tahap untuk meluncur ke Internasional sudah tidak menjadi alasan lagi,” ucap Kompiang.

Terakhir, Bupati Kulonprogo, Drs. H. Sutedjo, menyatakan rasa terima kasih serta apresiasinya terhadap kepedulian para peneliti dari UGM serta kampus lainnya terhadap industri batik.

Pihaknya berharap kualitas hidup para pembatik bisa semakin meningkat dan lingkungan juga akan semakin lestari.

“Produksi boleh berkembang namun kesehatan juga tetap harus terjaga. Untuk ke depannya, mari bersinergi, kami dari pemerintah akan membantu mengkondisikannya,” pungkasnya.

Sejak 2009 lalu, Batik sudah ditetapkan sebagai warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non­ bendawi oleh UNESCO.

Sementara Yogyakarta sudah dinobatkan sebagai kota batik dunia oleh World Craft Council (WCC) di tahun 2014 lalu.

Sebagai kota batik dunia, Yogyakarta tentu diharapkan dapat berperan sebagai rujukan tempat produksi batik yang memperhatikan kesehatan pembatik dan lingkungan. (Kinanthi)

Baca juga: KBRI Beijing Sukses Dongkrak Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia ke Tiongkok