Sistem Keamanan Pangan Perlu Diperkuat untuk Cegah Keracunan Makanan

493

Baca juga: Harapan Dubes Salman di Perayaan 25 Tahun Hubungan Bilateral Indonesia-Afrika Selatan

Bakteri dalam suatu bahan makanan tertentu akan mati ketika sudah dimasak.

Namun, jika bakteri tersebut berpindah ke bahan makanan lain bisa menjadi bakteri yang berbahaya.

“Begitu pula dengan makanan matang. Mikroorganisme berkembang sangat cepat jika dibiarkan pada suhu ruang lebih dari 4 jam, makanan matang sebaiknya segera dikonsumsi ,” ungkap guru besar dari Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian itu.

Untuk mencegah terjadinya kasus keracunan yang berulang, maka sistem keamanan pangan harus diperkuat, mulai dari ladang hingga ke ‘meja makan’.

Artinya, makanan harus dipastikan bersih dan sehat sejak kegiatan budidaya pertanian dan peternakan, pasca panen, distribusi, pengolahan, hingga penyajiannya.

Baca juga: Pemerintah Dorong Pengembangan Kawasan Industri Kendal sebagai Super Koridor Jawa Utara

Dengan demikian, semua industri makanan harus menerapkan sistem keamanan pangan yang dibuktikan dengan adanya legalitas keamanan pangan.

Jenjang pencapaian keamanan pangan dimulai dari tahap menyiapkan bahan dasar yang baik, sanitasi (SSOP), higiene, GMP CPPOB-IRT, sampai akhirnya mendapatkan sertifikat CODEX HACCP ISO 22000:2005.

Sementara dalam manajemen mutu, jelas Endang, industri makanan sudah selayaknya memperhatikan desain lokasi produksi yang jelas dan bersih, memperhatikan kualitas fungsi alat transportasi, serta penerapan sistem sanitasi yang baik.

Kemudian yang tak kalah penting fokus pada personal higiene, pengimplementasian Good Manufacturing Practices (GMP) dan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), dan training berkelanjutan bagi karyawan.

“Kasus keracunan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, serta apa saja yang kita makan bisa menjadi sumber racun.”

“Selain menumbuhkan kesadaran setiap elemen masyarakat, awareness tentang keamanan pangan perlu ditingkatkan, serta gerakan keamanan harus ditingkatkan di setiap lini,” tutur lulusan Tokyo University, Jepang ini. (Kn/-Th)

Baca juga: Dengan Urban Farming, Masyarakat Bisa Menikmati Hasil Panen Berkali-kali dalam Setahun