Doa Bersama Lintas Agama di Belanda untuk Perdamaian di Indonesia

632
Duta Besar Wesaka Puja mengucapkan penghargaannya atas prakarsa dan kehadiran para tokoh agama untuk menyelenggarakan acara sekaligus memimpin doa perdamaian bersama.
Duta Besar Wesaka Puja mengucapkan penghargaannya atas prakarsa dan kehadiran para tokoh agama untuk menyelenggarakan acara sekaligus memimpin doa perdamaian bersama.

KAGAMA.CO, DEN HAAG – Masyarakat Indonesia di Belanda, yang terdiri atas beberapa kelompok lintas agama, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha, menggelar doa perdamaian bersama di Ruang Nusantara, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Selasa (22/5/2018).

Doa bersama ini diselenggarakan sebagai wujud dukungan dan kekuatan bagi korban terorisme di Indonesia, juga sebuah permohonan kepada Tuhan bagi terwujudnya kerukunan antar umat beragama dan perdamaian di Indonesia.

Doa dan kebersamaan kelompok lintas agama di Belanda ini menegaskan, bahwa teror yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu, tidak terkait dengan agama apapun.

Dihadiri sekitar 100 warga Indonesia di Belanda, doa bersama ini diselenggarakan menyusuli upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke-110 yang mengangkat tema “Pembangunan Sumber Daya Manusia Memperkuat Pondasi Kebangkitan Nasional Indonesia di Era Digital.”

Acara siang itu dibuka dengan penyalaan lilin perdamaian oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja, bersama lima rohaniwan dari agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha.

Usai doa bersama, kelima tokoh agama tersebut membacakan pernyataan masyarakat Indonesia lintas agama di Belanda, yang terdiri atas empat butir:

Pertama, mengutuk sekeras-kerasnya tindak kejahatan teroris di Indonesia, baik yang terjadi di Mako Brimob Depok, Jawa Barat, maupun di tiga gereja di Surabaya, dan di tempat-tempat lain di seluruh Indonesia.

Perbuatan tersebut merupakan tindak kejahatan kemanusiaan yang sangat biadab dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai moral dan seluruh ajaran agama apapun.

Kedua, turut berduka cita sedalam-dalamnya atas jatuhnya korban jiwa pada peristiwa tersebut. Semoga Tuhan Yang Maha Adil memberikan tempat yang layak bagi arwah para korban sesuai dengan amal kebaikan, serta keikhlasan, ketabahan dan kesabaran bagi keluarga yang ditinggalkan.

Ketiga, menuntut agar pelaku kejahatan teroris tersebut dihukum seberat-beratnya, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Keempat, mendukung segera disahkannya revisi undang-undang antiteroris demi terciptanya keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam sambutannya, Duta Besar Wesaka Puja mengucapkan penghargaannya atas prakarsa dan kehadiran para tokoh agama untuk menyelenggarakan acara sekaligus memimpin doa perdamaian bersama.

“Acara ini dilangsungkan seusai upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional, dengan maksud agar kita memanfaatkan momentum ini untuk menyalakan kembali semangat dan cita-cita luhur yang dinyalakan oleh para founding fathers negara Indonesia lebih dari seratus tahun lalu,” kata Dubes Wesaka Puja.

“Tanggal 20 Mei 1908 merupakan hari berdirinya Boedi Utomo, sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr.Soetomo dan beberapa mahasiswa lainnya. Ketika itu, banyak rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai orang Indonesia,” tutur Dubes Wesaka Puja.

“Tapi, peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu di Indonesia itu merupakan paradoks dari cita-cita luhur yang telah ditetapkan para pemimpin bangsa,”ujarnya.

Dubes mengajak para hadirin agar menjadikan momentum ini untuk membangkitkan kembali semangat dan persatuan sebagai negara kesatuan Republik Indonesia.

“Sebagaimana dikatakan oleh mantan PM Inggris, Winston Churchill: the price of greatnes is responsibility, kita sebagai bangsa yang besar mempunyai tanggung jawab yang besar untuk terus memelihara berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

“Kita mempertahankan NKRI dengan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah diletakkan dasar-dasarnya oleh para founding fathers kita, melalui pendirian Boedi Oetomo 1908, Sumpah Pemuda 1928, dan Proklamasi kemerdekaan 1945,” pungkas Dubes Wesaka Puja.

 

Sumber : KBRI Den Haag