Cerita Ketua KAGAMA Malang Saat Kuliah di Jurusan Sulit Sambil Jualan Handuk

1172

Baca juga: Diskusi KAGAMA Sulbar Jelaskan 3 Prinsip Pertolongan Psikososial Pertama dalam Masa Pandemi

Situasi ini juga mempererat hubungan dosen dengan mahasiswanya.

Pengalaman tersebut turut mengilhami Yayat, yang kini berprofesi sebagai dosen di Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.

“Sesulit apapun ilmu itu, kalau kita mampu menjadi pendidik yang ramah pada mahasiswa, maka mahasiswa akan merasa nyaman dan tidak merasa kesulitan mempelajarinya,” jelas pria yang saat ini juga aktif di pengurus pusat Asosiasi Profesi Agroindustri Indonesia (APTA) itu.

Jualan Handuk

Yayat semasa mahasiswa hidup dengan berbagai keterbatasan. Tak memiliki sepeda motor, Yayat mengandalkan angkutan umum untuk wara wiri.

Dirinya kadang digratiskan menaiki angkutan umum oleh si kondektur.

Dia pun masih terheran jika kondektur tak menagihnya, ”Mungkin karena banyak yang kenal, jadi sungkan mau nagih uangnya ke saya,” ujarnya.

Baca juga: KAGAMA Bontang Salurkan Bantuan APD KAGAMA Care Tahap II

Untuk tambahan uang saku, alumnus yang semasa mahasiswa aktif di GMNI dan Senat Fakultas Pertanian ini, berjualan handuk tenun pre order.

Para pembeli lebih dulu memesan, baru kemudian Yayat mengajukan pesanan ke tempat produksi handuk yang dikelola oleh temannya.

Pekerjaan sambilan itu memberikan tambahan pendapatan yang cukup bagi Yayat.

Dia pun akhirnya bisa membeli sepeda motor baru. Namun, motor yang baru saja dibelinya itu kenyataannya hanya menjadi barang inventaris saja.

“Sering sekali motor saya dipinjam sama teman-teman. Kalau pagi saya parkir di sudut parkir tertentu, siangnya motor sudah pindah lagi entah ke mana. Cuma satpam yang tahu motor saya di sebelah mana, karena saking seringnya dipinjam,” kenang Ketua KAGAMA Malang ini.

Baca juga: Dubes Djauhari Beberkan Kunci Sukses Tiongkok Tangani Virus Corona