Buruknya Tata Kelola Perkebunan Sebabkan Masyarakat Benci Kelapa Sawit

629
Hero Marhaento, S.Hut, M.Si., Tenaga Ahli Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM mengatakan, industri kelapa sawit yang katanya menguntungkan itu hanyalah mitos. Foto: Kinanthi
Hero Marhaento, S.Hut, M.Si., Tenaga Ahli Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM mengatakan, industri kelapa sawit yang katanya menguntungkan itu hanyalah mitos. Foto: Kinanthi

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Selama ini kelapa sawit selalu mendapat penilaian buruk dari masyarakat.

Dikatakan oleh Hero Marhaento, S.Hut, M.Si. Tenaga Ahli Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM, kelapa sawit tak bisa dianak tirikan.

Hal ini ia jelaskan dalam E-Talk Indonesian Palm Oil Industry Challenges Admist Environmental Issues, pada Jumat (27/9/2019) di Gedung Pusat Pembelajaran FEB UGM.

Ia menjelaskan, kelapa sawit dinilai buruk karena para pelakunya yang tidak menerapkan tata kelola perkebunan yang baik.

Hero mengajak masyarakat untuk berbangga dengan kelapa sawit.

E-Talk Indonesian Palm Oil Industry Challenges Admist Environmental Issues. Foto: Kinanthi
E-Talk Indonesian Palm Oil Industry Challenges Admist Environmental Issues. Foto: Kinanthi

Baca juga: Agrosociopreneur Jalan Terang untuk Kemajuan Pertanian dan Ketahanan Pangan

Sebab tanaman ini belum tentu bisa tumbuh subur di negara lain.

Di samping itu, produksi minyak kelapa sawit masih lebih banyak dibanding minyak nabati lain.

Indonesia juga merupakan negara yang menempati posisi pertama produsen kelapa sawit di dunia.

Singkat sejarah, sejak tahun 70-an kelapa sawit dikenal sebagai komoditas pengentas kemiskinan.

Kemudian berkembang pesat pada tahun 2000-an.

Baca juga: Pemanfaatan Teknologi Kunci Penting Regenerasi Petani