KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Setiap tanggal 22 Maret, masyarakat di Indonesia dan Internasional memperingati hari Bumi. Peringatan yang dicetuskan pertama kali oleh Saylord Nelson, Senator Amerika pada 1970 ini, merupakan gerakan bersama untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga bumi.
Beragam perayaan diselenggarakan oleh masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sanggar Anak Alam Yogyakarta mengadakan acara tradisi ‘Wiwitan’. Sebuah tradisi ungkapan syukur atas panen hasil bumi yang sudah turun temurun di masyarakat Jawa.
Acara ‘Wiwitan’ biasanya berisi kegiatan memanen padi yang sudah tua untuk disimpan sebagai benih di masa tanam selanjutnya.
Tak hanya itu, Wahana Lingkungan Hidup Yogyakarta dan sejumlah pengemudi becak motor melakukan long march di area Malioboro hingga Nol Km. Sementara itu, perkumpulan beberapa komunitas di Yogyakarta yang tergabung dalam ’Laskar Jaga Jaya’ mengadakan beberapa kegiatan untuk memperingati Hari Bumi.
“Bertema ‘Climate Change’ acara meliputi; aksi tanam pohon, Kampanye energi bersih, aksi live puisi dan sketsa oleh para pelajar, sepedaan, Jogja last Friday ride dan kajian perubahan iklim,” terang perwakilan komunitas tersebut melalui akun instagram @koperjogja. Mereka juga menambahkan bahwa akan ada acara puncak penanaman bibit pohon mangrove di Pantai Baros, Bantul DIY pada 28 April mendatang.
Namun yang lebih penting dari perayaan ini bukan pada kegiatan seremonialnya saja. Melainkan pada pribadi setiap individu dalam memaknai keberadaan bumi dan upaya apa yang perlu dilakukan untuk melestarikannya.
Kesadaran ini bisa dibentuk melalui melakukan kebiasaan kecil yang bertujuan untuk menjaga bumi itu sendiri, yakni sebagai berikut.
