Jokowisme

267

Keberpihakan

Pada 2014, di India muncul perdebatan klasik antara dua ekonom raksasa Amartya Sen peraih Nobel Ekonomi dengan Profesor Jagdish Bhagvati dari Colombia University mengenai cara-cara untuk mencapai kemajuan.

Amartya Sen mewakili mazhab yang berpandangan bahwa negara harus berinvestasi lebih dalam bidang infrastruktur sosial untuk meningkatkan produktivitas rakyat dan dengan demikian menciptakan pertumbuhan.

Sen percaya kemampuan manusia akan berkembang maksimal jika negara turun tangan membantu mereka melalui program sosial, pendidikan, dan kesehatan yang pada akhirnya akan menjadi sumber pertumbuhan berkesinambungan.

Pada kutub lainnya Jagdish Bhagvati menyarankan agar India lebih fokus kepada pertumbuhan.

Bhagwati berpendapat bahwa kesejahteraan sosial, kesehatan, dan pendidikan yang berkualitas hanya akan dapat dihasilkan melalui pertumbuhan yang cepat.

Dalam konteks Indonesia, Presiden Jokowi mengambil jalan Amartya Sen.

Jokowi memperluas program Subsidi Sosial, Pendidikan dan Kesehatan.

Dan itu menjadi modal penting dalam menjawab isu keadilan dan ketimpangan sosial.

Kebijakan yang lahir dari intuisi Jokowi yang peka dalam memahami kesulitan rakyat kecil.

Intuisi untuk selalu berdiri membela kepentingan orang banyak.

Kepekaan dan pembelaan Jokowi terhadap yang lemah juga terlihat dalam visinya untuk mengatasi kesenjangan antara Indonesia Bagian Barat dengan Indonesia Bagian Timur.

Pembangunan infrastruktur secara massif di Indonesia bagian Timur adalah cara untuk mengatasi kesenjangan.

Ditopang oleh kebijakan hilirisasi, Indonesia Bagian Timur yang kaya mineral, akan tumbuh menjadi pusat pertumbuhan baru Indonesia yang pada gilirannya akan mengurangi kesenjangan dengan wilayah Indonesia Bagian Barat.

Lewat dua kebijakan tersebut, Jokowi memperlihatkan visinya yang kuat tentang cara-cara mengatasi kesenjangan dan menjawab masalah keadilan sosial.