Harga Beras Mahal Bikin Indonesia Jadi Sasaran Penyelundupan

142

Disparitas Harga Dimanfaatkan Oknum

Disparitas harga itulah yang menurut Buwas dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu menyelendupkan beras dari luar untuk dipasarkan di dalam negeri dengan memanfaatkan situasi.

Hal ini terjadi, menurut Buwas, harga produk pangan Indonesia memang lebih mahal karena tidak efisien di proses produksi.

“Ini masalah-masalah yang kita hadapi saat ini. Kalau harga di kita lebih tinggi, nanti ada intervensi dari negara lain yang ingin jual di kita karena lebih mahal,” kata Buwas.

Baca juga: Melihat Peluang Ketahanan Pangan dari Modal dan Potensi Terkini Hutan Indonesia

Mahalnya harga pangan di Indonesia juga diakui Ketua Umum HKTI Moeldoko.

Menurutnya, biaya produksi per 1 kilogram gabah di Indonesia mencapai Rp290.000, sedangkan di Vietnam hanya Rp 1.700.

“Kita memang tak efisien, dank arena biaya produksi pertanian mahal sehingga harga pangan juga mahal,” katanya.

Di bagian lain, Moeldoko mengakui memang banyak masalah di sektor pangan di dalam negeri.

Baca juga: Petani dan Ilmuwan Perlu Gunakan Paradigma Pertanian Baru Demi Ketahanan Pangan

“Yang pertama masalah laha. Sudah makin sempit, kondisinya rusak,” katanya.

Kedua, lanjut Moeldoko, masalah akses permodalan.

Meskipun KUR yang disiapkan pemerintah cukup tinggi, dari Rp50 triliun menjadi Rp 70 triliun, petani tetap sulit mengakses bank karena dianggap tidak bankable.

“Ketiga, masalah teknologi. Kalau pun ada teknologi baru, tak serta merta petani mau merima.

Baca juga: Berkat Teknologi dan Gaya Hidup, Ahmad Shofi Yakin Regenerasi Petani Akan Terwujud

Para petani juga mengetahui masalah manajemen,” ujar Moeldoko.