Yogyakarta Royal Orchestra akan Tampil Meriahkan Maritime Award di Atas Kapal Phinisi

207
Acara Maritime Awards ini juga dimeriahkan oleh konser dari Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) yang akan bermain musik di atas kapal phinisi. Foto: Yogyakarta Royal Orchestra
Acara Maritime Awards ini juga dimeriahkan oleh konser dari Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) yang akan bermain musik di atas kapal phinisi. Foto: Yogyakarta Royal Orchestra

KAGAMA.CO, JAKARTA – Sebagai negara maritim, pelabuhan di Indonesia memegang peranan penting dalam konektivitas industri negara.

Pelabuhan menjadi infrastruktur strategis yang mendukung kegiatan ekonomi dan mobilitas penduduk, dari era kerajaan hingga saat ini.

Salah satu pelabuhan bersejarah di Indonesia adalah Pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan pelabuhan tertua di Indonesia yang menyimpan sejarah panjang dari perjalanan Ibu Kota Jakarta.

Pelabuhan Sunda Kelapa sejatinya sudah ada sejak abad ke-5 dan merupakan pelabuhan yang berada dibawah kepemilikan Kerajaan Tarumanegara.

Namun pada abad ke-12 berpindah tangan menjadi milik Kerajaan Sunda atau Kerajaan Pakuan Padjajaran.

Baca juga: Transtoto: Rimbawan Perlu Berpolitik Praktis

Mengingat letaknya yang strategis, pelabuhan ini menjadi tempat singgah bagi kapal-kapal Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah.

Berkat Posisi strategis, Pelabuhan Sunda Kelapa juga kerap diperebutkan oleh berbagai kerajaan hingga negara seperti Kerajaan Demak, Portugis, Kerajaan Banten, hingga Belanda.

Setelah Kerajaan Banten berkuasa selama hampir satu abad di Sunda Kelapa serta mengubah namanya menjadi Jayakarta. Pada 30 Mei 1619, kuasa di Jayakarta diambil oleh bangsa Barat.

Bukan oleh bangsa Portugis, melainkan oleh bangsa Belanda. Adalah Jan Pieterzoon Coen, melalui asosiasi kamar dagang Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), berhasil memimpin pasukan dan mengalahkan pasukan Banten serta mengambil alih Jayakarta.

Baca juga: Keraton Yogyakarta Capai Kemajuan Pesat di Era Sultan HB II

Kemudian Coen, lebih jauh, mengubah nama kota pelabuhan tua ini menjadi Batavia. Inilah yang jadi titik tolak diambil alihnya Sunda Kelapa, atau sebutlah juga Jayakarta ini merupakan awal mula sejarah kolonialisme Hindia Belanda di Indonesia.

Sultan Agung Hanyokrokusumo (1593 – 1645) adalah raja Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645.

Perlawanan Sultan Agung terhadap VOC di Batavia dilakukan pada tahun 1628 dan 1629.

Sayangnya, kedua upaya dari Kesultanan Mataram ini tidak membuahkan hasil.

Baca juga: Bikin Singkat Waktu dan Jarak Tempuh, Tol Yogyakarta-Bawen Dibangun dengan Investasi Rp14,26 Triliun

Seiring perjalanan waktu, kini Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu kawasan heritage di Kota Tua Jakarta tepatnya terletak di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor D.IV a.4/3/74 tanggal 6 Maret 1974, nama Sunda Kelapa dipakai lagi secara resmi sebagai nama pelabuhan dan situs budaya Kota Tua.

Berkat sejarah panjang yang dimilikinya di sektor kemaritiman Indonesia, Panitia Pelaksana International Sea Port Exhibition and Conference (ISPEC) dan Maritime Award memilih Pelabuhan Sunda Kelapa tempat perhelatan Maritime Award yang digelar pada Jumat, 10 Februari 2023.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pelaksana International Sea Port Exhibition and Conference (ISPEC) dan Maritime Award Fajar Bagoes Putranto.

“Kegiatan Penganugerahan Maritim Award diselenggarakan pada hari Jumat, 10 Februari 2023,” tuturnya.

Baca juga: Bikin Investasi Jalan Tol Menarik, Danang Parikesit Wujudkan TIM BPJT

Maritime Award merupakan salah satu program utama kegiatan yang diselenggarakan oleh penyelenggara ISPEC (International Sea Port Exhibition and Conference) didukung oleh Keluarga Besar Ir. H. Djuanda Kartawidjaja dan Keluarga Besar Soedarpo Sastrosatomo serta Yayasan Biijina Paksi Sitengsu.

“Award atau penghargaan yang akan diberikan terdiri dari dua Kategori Utama yakni Diplomasi Maritim, Perintis dan Praktisi di Bidang Maritim dan diberi nama Ir. H. Djuanda Kartawidjaja Award, serta Kategori Inisiator Kebijakan di Bidang Pembangunan Maritim yang akan menerima Soedarpo Sastrosatomo Award.”

“Rencananya Maritim Award bakal dihadiri Sri Sultan Hamengkubuwono X, Anggot Dewan Pertimbangan Presiden Habib Luthfi Bin Yahya, Wakil Ketua Dewan PerwakilanDaerah (DPD) Nono Sampono, Prof. Hasyim Djalal, delapan Gubernur Provinsi Kepulauan dan 25 Bupati/Walikota dari Kabupaten/Kota Kepulauan, praktisi, akademisi maritim seluruh Indonesia, Asosiasi Port Shipping Logisti, Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), hingga para Duta Besar Besar dari beberapa negara sahabat,” ujar Fajar Bagoes Putranto dalam keterangan persnya, Rabu (18/1/2023).