Begini Inovasi G2R Tetrapreneur Perkotaan atau Kampungpreneur

806

Ekonomi Pancasila

Kemudian dilanjutkan dengan sesi foto bersama tamu undangan dan launching G2R Tetrapreneur berupakan penarikan kain pada logo G2R Tetrapreneur Cokrodiningratan dan ikon Jetis Pasiraman Park (JPP) serta Pool Centre G2R Tetraprneur Cokrodiningratan.

Lantas Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D, founder, konseptor dan Tenaga Ahli G2R Tetrapreneur serta dosen senior Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), dan konseptor Model G2R Tetrapreneur Perkotaan (Kampungpreneur) bersama Dinkop UKM DIY dalam inisiasi model ekonomi perkotaan melalui Dana Istimewa (Danais) DIY, menguatkan bahwa Indonesia memiliki Pancasila yang merupakan dasar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Oleh itu ‘pasangannya’ adalah Ekonomi Pancasila pula yang tercermin dalam G2R Tetrapreneur sebagai model bergotong royong ekonomi untuk kesejahteraan hakiki yang bukan semata tercermin dalam pencapaian rupiah namun lebih luas dalam pencapaian rezeki.

Baca juga: Global Gotong-Royong Tetrapreneur (G2R) Roh Ikonik dan Visioner Global Indonesia

Menurut Rika, sejatinya, G2R Tetrapreneur berikhtiar mengembalikan jati diri bergeraknya ekonomi Indonesia menjadi pergerakan kehidupan masyarakat yang senantiasa berkemajuan menciptakan ekosistem asli (indigenous) Indonesia.

“Harapannya, yang kita lakukan sekarang dapat memberikan suatu kebaikan meski kebaikan tidak harus berwujud uang.”

“Ikhtiar hari ini merupakan perjuangan untuk anak cucu kita kelak.”

“Hal-hal (dalam berwirausaha atau bisnis) yang selama ini dianggap…mohon maaf…‘berantakan, ndeso, tidak profesional’ sebetulnya merupakan wujud karakter bangsa yang mengedepankan rezeki daripada uang.”

Baca juga: Inisiasi Pembangunan 3R G2RT sebagai Ikon Monumental Ekosistem G2R Tetrapreneur

“Sebagaimana ‘berantakannya,’ simpang siur, dan riuhnya persiapan kegiatan pengukuhan kali ini (Pemkel Cokrodiningratan yang dipimpin oleh Lurah Darsana, S.H.) yang awalnya hanya untuk Festival Dolanan namun kemudian diinisiasi bergotong royong dengan memanfaatkan momen menyatukan event pengukuhan menjadi satu kesatuan dengan festival dolanan anak merupakan strategi khasnya Indonesia khusus nya DIY dengan semangat…’piye caranya ben mlaku,” ucap Rika Fatimah mengakhiri paparannya.

Ilustrasi senada juga disampaikannya pada kesempatan lain bersama Tim 16.

Seperti saat pelaku usaha dianggap ‘ndeso dan tidak profesional’ ketika menghentikan kegiatan usahanya sejenak dan lebih memilih membantu tetangganya yang sedang hajatan seperti sunatan, pernikahan, kesripahan atau layatan.

“Padahal karakter ‘memilih tetangga’ inilah jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya…kita bukan kapitalis yang segalanya ditentukan oleh uang (kapital).”

Baca juga: UGM Diharapkan Bisa Jaga Kualitas Pendidikan Tinggi

“Kita bukan pula sosialis yang menyamaratakan tanpa ada pertimbangan keadilan..apalagi kita bukan komunis yang menghalalkan segala cara mencapai tujuan (profit).”

“Inilah kita manusia seutuhnya berketuhanan, berkemanusiaan, bersatu, merakyat dan berkeadilan..inilah Pancasila yang membumi…dan hal tersebut dapat dilihat dalma proses G2R Tetrapreneur…InsyaAllah,” pungkas Rika.

Acara dilanjutkan dengan Festival Dolanan Anak yang diikuti oleh delapan rukun warga (RW) dari total 11 RW di Kelurahan Cokrodiningratan.

Festival Dolanan Anak dimeriahkan dengan pentas berbagai dolanan atau permainan tradisional yang disajikan secara apik oleh anak-anak warga Kelurahan Cokrodiningratan.

Baca juga: Mengintegrasikan Pertanian dan Peternakan, Mengolah Limbah Jadi Pupuk

Dalam kesempatan event ini pula G2R Tetrapreneur Cokrodiningratan bergotong royong dengan G2R Tetrapreneur perkotaan lainnya yaitu G2R Tetrapreneur Patehan yang turut hadir juga mengundang G2R Perkotaan Warung Boto dan G2R Tetrapreneur Perdesaan DIY seperti G2R Tetrapreneur Trimurti, Bantul dengan ikon olahan kelapanya serta beberapa produk dari G2R Tetraprneur Perdesaan dari Kabupaten Kulon Progo, Gunung Kidul, Bantul dan Sleman. (*)