Koentjoro Membangun Legacy Lewat Jalan Tol Trans Sumatera

904

Tantangan

Tantangan utama dalam pembangunan JTTS adalah funding karena besarnya investasi, tapi ruas jalan Tol ini belum komersial atau traffic-nya masih kecil sehingga HK membutuhkan pendanaan untuk pembiayaannya. Di luar itu, ada tantangan dalam pembebasan lahan, lingkungan, dan teknikal.

Koentjoro (kiri) memiliki target menyelesaikan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) karena ini merupakan proyek strategis nasional dan merupakan legacy. Foto: Dok. Pribadi
Koentjoro (kiri) memiliki target menyelesaikan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) karena ini merupakan proyek strategis nasional dan merupakan legacy. Foto: Dok. Pribadi

Untuk pembebasan lahan untuk JTTS, HK mesti membebaskan lahan selebar 120 meter dan sepanjang 2800 kilometer. Pengalaman sebelumnya, proyek itu dimulai setelah lahannya bebas. Bila hal itu diberlakukan untuk pembangunan JTTS maka dibutuhkan waktu penyelesaian lebih dari 50 tahun.

Oleh sebab itu, HK melakukan pembebasan lahan sambil jalan. Beruntung, HK dibantu oleh Kementerian PUPR, pemerintah daerah, kota dan kabupaten sebab mereka menyadari bahwa JTTS merupakan proyek nasional yang bisa meningkatkan perekonomian kawasan sekitarnya.

Tantangan berikut adalah lingkungan. Dalam pembangunan JTTS, HK tetap memperhatikan dan melestarikan habitat binatang dan kondisi alami tanahnya juga dijaga. Kondisi tanah di Sumatera ada beragam dari tanah yang solid, gambut, hingga tanah yang bergerak.

Baca juga: Tamsil Nurhamedi Bawa PT Reska Multi Usaha Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat

Untuk tanah gambut, HK menggunakan teknologi pile slab agar aliran air di tanah gambut tidak terganggu. Teknologi pile slab adalah metode pembangunan jembatan di atas permukaan berair seperti tepian sungai dan rawa.

“HK juga membuat terowongan gajah atau elephant tunnel agar gajah yang habitatnya berada di sekitar JTTS tetap dapat melintas. Selain itu, HK akan membuat pelintasan harimau serta pelintasan primata atau kera yang mempunyai habitat di sekitar JTTS. Sebenarnya secara teknikal tidak sulit, tapi yang rumit adalah perizinannya sebab melibatkan banyak instansi,” kata Koentjoro yang sudah menerima penghargaan Bintang Karya Satya tersebut.

Sejak lulus kuliah di tahun 1993, dia sudah bergabung dan menjalani karier di HK. Seiring perjalanan waktu berkat prestasi kerjanya maka dia telah diberi kepercayaan menjabat berbagai posisi strategis di BUMN tersebut dan kini menjadi Direktur Operasi III.

“Selama ini bekerja di HK, saya memegang prinsip ikhlas, mempunyai kompetensi lebih, serta memiliki networking yang baik. Saat ini saya memiliki target menyelesaikan pembangunan JTTS karena ini merupakan proyek strategis nasional dan merupakan legacy.”

Baca juga: Nikolas Agung Sukses Pimpin AMKA Berkat Project Creating dan Strategic Partnership

“Hal ini saya tekankan pada teman-teman di Direktorat Operasi III. Siapa tahu di usia 60 nanti saat kita lewat JTTS, maka kita bisa ingat dan bangga bahwa jalan tol dibangun oleh kita,” pungkas Koentjoro. (Jos)