Begini Strategi Destiawan Soewardjono Sehatkan Waskita Karya

855

Program 8 Stream

Tanggal 5 Juni 2020, dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Destiawan Soewardjono ditunjuk untuk menempati posisi sebagai Direktur Utama PT. Waskita Karya (Persero) Tbk.

Destiawan Soewardjono, Direktur Utama PT. Waskita Karya (Persero) Tbk, (keempat dari kiri) bersama Presiden RI Joko Widodo (kelima dari kiri) bersama sejumlah menteri saat penandatanganan kerja sama dengan Indonesia Investment Authority (INA). Foto: Dok. Pribadi
Destiawan Soewardjono, Direktur Utama PT. Waskita Karya (Persero) Tbk, (keempat dari kiri) bersama Presiden RI Joko Widodo (kelima dari kiri) dan sejumlah menteri saat penandatanganan kerja sama Waskita Karya dengan Indonesia Investment Authority (INA). Foto: Dok. Pribadi

Akibat pandemi Covid-19 maka kondisi Waskita saat itu menjadi berat. Pasalnya, produksi turun sangat tajam dan investasi di jalan tol juga mengalami pendapatan yang menurun, dan ditambah jumlah hutang terbilang besar yakni hampir Rp90 triliun.

Baca juga: Nikolas Agung Sukses Pimpin AMKA Berkat Project Creating dan Strategic Partnership

Dalam situasi perusahaan seperti itu, dia putar otak untuk memulihkan kondisi Waskita.

Lantas ia memaparkan Program 8 Stream Penyehatan Keuangan Waskita yang terdiri dari proses restrukturisasi perseroan induk dan anak usaha, penjaminan pemerintah, penyertaan modal negara (PMN) dan rights issue, divestasi aset jalan tol, penyelesaian konstruksi, transformasi bisnis, serta implementasi Good Corporate Governance (GCG), dan manajemen risiko.

“Kami melakuan renegosiasi dengan para lender hingga disepakati kita melakukan restrukturisasi untuk lima tahun ke depan, mulai dari tahun 2020.”

“Kedua, kami harus cepat menyelesaikan proyek jalan tol dan melakukan divestasi supaya kewajiban hutang investasinya itu bisa beralih.”

Direktur Utama PT. Waskita Karya (Persero) Tbk Destiawan Soewardjono melakukan transformasi, perubahan konsep bisnis dengan kembali pada bisnis jasa konstruksi. Foto: KAGAMA.CO/Jos
Direktur Utama PT. Waskita Karya (Persero) Tbk Destiawan Soewardjono melakukan transformasi, perubahan konsep bisnis dengan kembali pada bisnis jasa konstruksi. Foto: KAGAMA.CO/Jos

Baca juga: Transtoto: Perhutani Sebaiknya Kelola Sumber Daya Hutan, Bukan Bisnis Kayu

“Pendapatan dari divestasi itu, kami pakai juga untuk mengembalikan kewajiban pinjaman,” papar pria kelahiran 1961 itu.

Tahun 2021, menurutnya, ada empat ruas jalan tol (empat seksi). Di tahun 2022 ini sudah ada tiga ruas jalan tol telah diselesaikan dan satu ruas diperkirakan selesai pada akhir tahun ini.

Dari 19 ruas jalan tol yang menjadi konsesi Waskita, ada tujuh yang sudah lepas atau divestasi.

Ada sembilan ruas jalan tol yang sudah selesai pembangunannya, tinggal 10 konsesi lagi yang mesti digarap.

Baca juga: GeNose C19 Berhasil Publikasi di Dua Jurnal Internasional Bereputasi

“Waskita telah mengajukan PMN kepada pemerintah agar bisa menyelesaikan pembangunan sisa konsesi ruas jalan tol yang ada. PMN yang diajukan Waskita pada tahun lalu sudah disetujui Rp7,9 triliun dan tahun ini Rp3 triliun.”

Direktur Utama PT. Waskita Karya (Persero) Tbk Destiawan Soewardjono (di tengah) bersama Menteri BUMN Erick Thohir (keempat dari kiri) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beserta para investor dalam acara penandatanganan kesepakatan penyelesaian transaksi ruas Tol Kanci - Pejagan dan Tol Pejagan - Pemalang antara Waskita Karya dengan Indonesia Investment Authority (INA). Foto: Waskita Karya
Direktur Utama PT. Waskita Karya (Persero) Tbk Destiawan Soewardjono (di tengah) bersama Menteri BUMN Erick Thohir (keempat dari kiri) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati beserta para investor dalam acara penandatanganan kesepakatan penyelesaian transaksi ruas Tol Kanci – Pejagan dan Tol Pejagan – Pemalang antara Waskita Karya dengan Indonesia Investment Authority (INA). Foto: Waskita Karya

“Waskita juga meminta kepada pemerintah menjamin agar Waskita bisa mengajukan kredit modal kerja.”

“Dari situ Waskita bisa mengerjakan proyek-proyek non jalan tol. Jadi, pengerjaan sisa ruas jalan tol didanai oleh PMN, sedangkan proyek non jalan tol didanai kredit modal kerja. Dengan begitu kami dapat memperoleh pendapatan untuk membayar kewajiban hutang.”

“Kami melakukan transformasi, perubahan konsep bisnis. Investasi tol dihentikan dulu, kami tinggal menyelesaikan pembangunan sisa konsesi ruas jalan tol. Kami kembali pada bisnis jasa konstruksi.”

Baca juga: Hidup Ditolong Allah

“Proyek-proyek pemerintah masih bisa kami kejar, termasuk proyek Ibu Kota Negara (IKN). Alhamdullilah kami memperoleh kontrak tiga paket senilai Rp2,1 triliun, tapi karena konsorsium (KSO) maka porsi Waskita sebesar Rp1,1 triliun. Lalu ada dua paket jalan porsi senilai hampir Rp400 Miliar.”

“Saat ini masih ada beberapa tender yang kami ikuti dengan harapan Waskita bisa dapat paket lebih banyak, mengingat anggaran IKN yang besar dalam waktu dua tahun ke depan,” ungkap pria yang menempuh pendidikan S2 di Universitas Gadjah Mada itu.

Menurutnya, dengan 8 Stream yang sudah berjalan maka hal ini dapat membuat kondisi Waskita membaik.

Namun ada keterbatasan sebab mereka masih terikat kesepakatan dengan pihak lain sehingga tidak bisa seenaknya mencari proyek.

Baca juga: Semnas Sosek 2022, Bedah Penguatan SDM dan Sosek Pertanian yang Efisien

“Prinsipnya, kami harus mencari proyek yang untung sehingga hasilnya dapat dipakai membayar hutang. Kami juga mengajukan penurunan atau pemotongan bunga bank agar bisa bernapas lebih lega,” tutur Destiawan.

Dia berharap 8 Stream bisa terlaksana dengan baik, Waskita dapat proyek-proyek baru, termasuk proyek IKN maka hal ini akan menyehatkan bisnis Waskita.

Terkait transformasi Waskita, selain fokus bisnisnya, juga sumber daya manusia (SDM).

“Dengan adanya 8 Stream penyehatan yang telah dijalankan sejak tahun 2021, kinerja keuangan serta rasio-rasio keuangan Waskita semakin membaik dan mengarah pada tren yang positif.”

Baca juga: Mahasiswa UGM Juarai Numberg Moot Court Competition di Belanda

“Kami juga terus mengembangkan SDM sehingga memiliki kemampuan yang lebih, solid, dan terjadi sinergi sehingga mampu mendorong Waskita bangkit lebih cepat.”

“Di samping itu, ujung tombak bisnis Waskita itu proyek-proyek maka kami berusaha mendapatkan proyek dengan tingkat profitabilitasnya tinggi dan tingkat kesulitannya rendah sehingga menjadikan tim proyek akan lebih mudah menyelesaikan permasalahannya,” pungkasnya. (Jos)