Pembangunan PLTS Berbasis Komunitas Jawaban Pemenuhan Kebutuhan Renewable Energi ASEAN

490

PLTS Berbasis Komunitas

Salah satu model yang dapat diinisiasi sebagai implementasi pembangkit listrik tenaga surta (PLTS) terintegrasi berbasis komunitas dengan memasukkan unsur kearifan lokal.

Model bisnis inilah yang diarahkan untuk menciptakan ekosistem usaha menggunakan energi terbarukan zero emisi dengan partisipasi masyarakat pedesaan sebagai motor penggeraknya.

Untuk mengembangkan PLTS berbasis komunitas, maka model Pentahelix terintegrasi berbasis masyarakat yaitu dengan mengusung kearifan lokal melalui ekosistem handal dapat disodorkan sebagai sebuah laternatif pelaksanaan.

Ekosistem merupakan suatu penciptaan lingkungan yang komprehensif untuk memberikan manfaat yang seluas-luasnya.

Baca juga: Kisah Adam Putera Tukang Las Kuliah Gratis di UGM

Terintegrasi berarti pihak-pihak yang terlibat seperti pemerintah, akademisi (A), kalangan bisnis (B), pemerintah daerah Sembilan provinsi dan Kabupaten, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (G) dan media (M), serta melibatkan masyarakat atau komunitas (M) bekerja bersama membangun PLTS.

Skema Academician (A) Business (B) Community (C) Government (G) dan Media (M) tersebut merupakan Skema Pentahelix Pembangunan. (Dendi Raditya, 2021).

Model Pembangunan PLTS Berbasis Komunitas

Implementasi program PLTS dilakukan dilakukan antara lain karena sifat teknologinya yang memungkinkannya untuk menjangkau lokasi terpencil sekalipun di seluruh wilayah nusantara untuk berbagai kegunaan.

Kedua, dioperasikan oleh perseorangan maupun komunitas.

Baca juga: Menikmati Panorama Delapan Gunung di Kebun Teh Nglinggo

Ketiga, disusun dengan konfigurasi tertentu sehingga sangat andal sekaligus relatif sederhana pengoperasian dan pemeliharaannya (Pusat Ekonomi Kerakyatan/PUSTEK, UGM).

Sedangkan jenis usaha yang dapat didukung oleh listrik ramah lingkungan PLTS ini antara lain berupa, usaha kuliner olahan makanan dan minuman, industri batik rakyat, usaha air minum baik isi ulang maupun kemasan, dan mobile solar water pumping system, yaitu pengairan sawah dan kebun menggunakan mesin pompa bertenaga surya.

PLTS berbasis komunitas tersebut juga akan dikembangkan peranannya sebagai center of excellence di sektor bisnis hijau green business, green jobs) di mana tim teknisnya (yang mempunyai kemampuan melakukan pelatihan dan pendampingan teknis) dapat menjadi sebuah katalis yang membuka lapangan kerja ramah lingkungan melalui kolaborasi dengan SMK, khususnya SMK di bidang elektro dan ketenagalistrikan.

Kehadiran SMK ini akan berperan sebagai pemelihara teknis teknologi PLTS, serta diharapkan dapat meningkatkan koordinasi, kontrol, dan keberlanjutan implementasi energi terbarukan bagi pelaku usaha.

Keterlibatan SMK juga memberikan manfaat bagi SMK sendiri karena dengan berperan dalam pemeliharaan teknis PLTS menjadi tempat praktik atau teaching factory dan pembelajaran berbasis penyelesaian masalah di lapangan.

Baca juga: Ratu Waskitha Jawi, Sosok Entrepreneur Pembangun Kotagede

Pada model ini peran SMK dapat digantikan dengan institusi pendidikan lainnya seperti perguruan tinggi.

Pengembangan model ekosistem terintegrasi berbasis komunitas dalam bidang energi terbarukan di masa mendatang dapat dilakukan melalui dua model dasar, yakni pengembangan dan replikasi.

Melalui pengembangan ekosistem yang dibangun dan dikembangkan dalam skala dengan melibatkan lebih banyak sumber daya setempat, yaitu lembaga keuangan, sektor usaha, dunia pendidikan (SMK dan perguruan tinggi) , dan vendor (supplier PLTS), maupun pemberi pinjaman (Perbankan).

Sementara itu dengan melakukan model replikasi berarti menciptakan ekosistem serupa atau duplikasi di lokasi lain dengan berbagai adaptasi atau kontekstualisasi rancangan bisnis, teknis energi, dan sosiologi institusional.

Baca juga: Separuh Wilayah Purworejo Dulunya adalah Semarang Suwung

Model seperti ini diharapkan dapat menjadi sumber alternatif pemenuhan energi terutama di daerah terpencil dan terisolir.

Rekomendasi

Model PLTS berbasis komunitas telah dikembangkan oleh Pisat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada (UGM) sejak tahun 2018, dan diresmikan penggunaannya pada awal tahun 2022.

Terinspirasi oleh Model PLTS yang dikembangkan PSE UGM, penulis menyodorkan Model PLTS Pentahelix terintegrasi yang dapat diperluas dengan cara pengembangan dan replikasi.

Dengan potensi surya yang sangat besar dan luasnya wilayah Indonesia, maka model ini patut di develop sebagai alternatif kebutuhan energi terbarukan, khususnya tenaga listrik.

Baca juga: Mandiri Pangan dengan Beternak Ikan ala Pakar Perikanan UGM

Bahkan bukannya tidak mungkin, model PLTS Pentahelix berbasis komunitas ini juga dapat dikembangkan dan direplikasi di negara anggota ASEAN lainnya sebagai sebuah capaian prioritas ekonomi Indonesia pada masa ASEAN Chairmanship tahun 2023.

Bersama ASEAN, Indonesia maju, bersama Indonesia ASEAN kuat. Sukseskan Indonesia-ASEAN Chairmanship 2023. Indonesia adalah ASEAN’s Big Brother!

Benito Rio Avianto
Ahli Ekonomi ASEAN dan Analis Kebijakan Ahli Muda Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian