Pembangunan PLTS Berbasis Komunitas Jawaban Pemenuhan Kebutuhan Renewable Energi ASEAN

488

Perkembangan Energi Terbarukan ASEAN

Semakin berkurangnya energi fosil dan tuntutan penggunaan energi bersih dalam berbagai kegiatan produksi telah mengubah cara pandang ASEAN terhadap pengurangan penggunaan bahan bakar fosil.

Pada publikasi ASEAN Center for Energy (ACE) tahun 2022 dilaporkan bahwa penggunaan ET ASEAN tahun 2018 mencapai 93,2 Mtoe atau mensuplai sekitar 24 persen terhadap total kebutuhan energi ASEAN.

Baca juga: Startup Perikanan Besutan Alumni UGM Juarai Program Akselerator Imperial College London

Dari 93,2 Mtoe Energi Terbarukan yang tersedia di ASEAN berasal dari bioenergi sebesar 58,7 persen, geotermal 22,9 persen, hidro 17,6 persen, dan tenaga matahari sebesar 0,7 persen.

Di Indonesia sendiri, penggunaan ET pada tahun 2018 baru mencapai 12,9 persen atau setara 25,2 Mtoe yang dihasilkan dari bioenergi sebesar 13,1 Mtoe (52 persen) dan geothermal sebesar 12,1 persen (48 persen).

Penggunaan ET di Indonesia merupakan yang terbesar di ASEAN, di susul Thailand 21,2 Mtoe dan Vietnam 18,7 Mtoe.

Sementara komposisi penggunaan ET ASEAN tahun 2018 mencapai 13,87 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan Indonesia pada angka 12,9 persen.

Baca juga: Dua Peneliti UGM Terpilih dalam Program Kepemimpinan Ilmuwan Kelas Dunia

Pada tahun 2025, ASEAN sendiri memiliki target regional mencapai 23 persen untuk bauran energi baru terbarukan (EBT) dalam Total Primary Energi Supply (TPES) dimana sejak tahun 2019 kapasitas pembangkit listrik terpasang sebagian besar berasal dari air (hidro) dan solar (matahari atau surya).

Ada delapan dari 10 negara anggota ASEAN menggunakan tenaga hydro sebagai sumber utama RE-nya.