Hutan Adalah Supporting Life System Vital bagi Hidup Manusia, Kelestariannya Harus Dijaga Bersama

294
Dr. Ir. Transtoto Handadhari menjelaskan, hutan harus diperlakukan sesuai hakekat fungsinya. Foto: Dok. Pribadi
Dr. Ir. Transtoto Handadhari menjelaskan, hutan harus diperlakukan sesuai hakekat fungsinya. Foto: Dok. Pribadi

KAGAMA.CO, JAKARTA – Kalimat memuliakan hutan yang muncul sebagai jargon dalam Deklarasi Peduli Hutan Gunung Kidul 22.2.22 yang baru-baru ini dilaksanakan mengundang banyak pertanyaan publik.

“Memuliakan Hutan dengan sepenuh hati dan hati bersih tanpa kecurangan mengandung makna bahwa pengusahaan hutan sejak akhir 1960-an yang telah meninggalkan hutan rusak sekitar 60 jutaan hektare harus dipulihkan fungsi-fungsi utamanya yakni perlindungan bencana lingkungan, kehidupan sosial manusia serta sumber ekonomi bangsa, maupun kekayaan bio diversitasnya, sambil terus menanami hutan kosong,” tutur Dr. Transtoto Handadhari, rimbawan Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus Ketua Umum Yayasan Peduli Hutan Indonesia (YPHI), dalam Diskusi Sudut Pandang bertajuk “Etika Pengelolaan Hutan, yang digelar oleh Stasiun TVRI Jawa Timur, Selasa (29/3/2022).

Transtoto menjelaskan, hutan harus diperlakukan sesuai hakekat fungsinya.

Ditanam dengan benar, dirawat, ditanam dan dijaga agar tumbuh sempurna, bila mati diganti.

Baca juga: YPHI Ubah Mindset dan Ajak Masyarakat untuk Memuliakan Hutan Tanpa Kecurangan

“Fungsi lahan hutan ditumbuhkan sesuai tata ruang peruntukannya.”

“Yang untuk lindung jangan dikonversi untuk tegalan atau wisata keramaian bahkan untuk perumahan.”

“Hutan harus diperlakukan secara keilmuan.”

“Sebagai sumber pangan kebijakan pengelolaannya harus tetap berorientasi pada konservasi, bukan untuk kepentingan perut semata”, tegasnya.

Baca juga: YPHI Diakui Bikin Terobosan Signifikan dalam Sejarah Pengelolaan Hutan di Tanah Air

Mantan Direktur Utama Perum Perhutani 2006-2008 itu melihat perlunya persoalan hutan harus ditangani juga melalui kepartaian politik yang powerful, tapi bersih.

Hal tersebut tidak dapat atau tumpul bila hanya bicara personal, maupun hanya dengan lembaga-lembaga sosial masyarakat.

“Saya berharao agar segera hadir Partai Politik “Hijau” tetapi yang sungguh-sungguh mengawal pemuliaaan dan pengelolaan sumber daya hutan dan ekosistemnya tanpa kecurangan (preserving the forest without cheating),” pungkas Transtoto berapi-api.

Dalam diskusi yang diadakan oleh Stasiun TVRI Jawa Timur itu turut hadir sebagai narasumber lainnya, Dina Hidayana, Staf Ahli Ketua MPR RI, dan Eka Desi Susanti, Mahasiswa Pecinta Alam dari UIN Yogyakarta. (*)