Prof. Roosseno Peroleh Anugerah Herman Johannes Award dari KATGAMA

225

Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada

Tak hanya itu, Roosseno juga tercatat sebagai promotor pendirian Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada di Yogyakarta.

Sekolah Teknik Yogyakarta kemudian bergabung dengan perguruan tinggi Gadjah Mada ini sebagai embrio lahirnya Universitas Gadjah Mada.

Roosseno merupakan insinyur sipil, lulus dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1932.

Ia dikenal sebagai “Bapak Beton” karena telah melahirkan berbagai karya besar di Indonesia.

Beberapa diantaranya adalah jembatan Rantau Beringin dan Rajamandala, serta berbagai bangunan lain yaitu kubah Masjid Istiqlal, Monumen Nasional, Gedung Bank Indonesia, Gedung Bank BNI dan BDN, Wisma Nusantara, termasuk Gedung Sarinah serta berbagai pelabuhan dan sarana olahraga.

Roosseno juga berkarier pada berbagai bidang.

Pada bidang akademik, pada tahun 1944-1945 Roosseno memperoleh gelar Guru Besar di Bandung Kogyo Daigaku (nama TH Bandung setelah dikuasai Jepang).

Tahun 1945-1946, Roosseno menjadi ketua STT Bandung.

Lalu, pada tahun 1948, ia kembali dikukuhkan sebagai Guru Besar di Universiteit van Indonesia te Bandung.

Roosseno juga mendirikan Akademi Teknologi Nasional (1950), sebagai Rektor STT Nasional, juga Rektor Institut Sains dan Teknologi Nasional.

Rooseno juga dipercaya oleh Presiden Soekarno sebagai menteri, antara lain Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga tahun 1953, Menteri Perhubungan tahun 1954, serta Menteri Perekonomian tahun 1955.

Tahun 1977 Roosseno dianugerahi Doktor Honoris Causa dari ITB Bandung.

Roosseno lahir di Madiun tanggal 2 Agustus 1908 dan wafat pada tanggal 15 Juni 1996.

Ia merupakan anak keenam dari pasangan Raden Roostamadji Soemodiwiryo dan Raden Rara Endran Soemodilogo.

Atas jasa dalam mendirikan dan membesarkan FT UGM, nama Rooseno juga dipakai sebagai nama salah satu gedung di FT UGM yakni gedung Smart and Green Learning Center (SGLC). (*)