Hari Iboe juga Hari Perempoen 22 Desember 1928-22 Desember 2021

592

Kepedulian Perempoen

Ini bisa kita amati dengan judul pidato pidato pada Konggres tersebut.

1. “Pergerakan Kaoem Istri, Perkawinan dan Pertjeraian” oleh Nj RA Soedirman dari Poetri Boedi Sedjati.
2. “Deradjat Perempoean” oleh Nj Siti Moendjijah dari Aisjijah.
3. “Perkawinan Anakanak” oleh Siti Mugaromah.
4. “Kewadjiban Tjita tjita Poeteri Indonesia” oleh Siti Soendari.
5. “Bagaimanakah djalan Kaoem Perempoean Waktoe ini dan Bagaimanakah kelak” oleh Tien Sastrodiwirjo.
6. “Kewadjiban Perempoean dalam Roemah Tangga” oleh Siti Soekonto dari Wanita Oetomo.
7. “Hal keadaan istri di Europah” oleh Nj Ali Sastroamidjojo.
8. “Keadaban istri” oleh Nji Hadjar Dewantara.

Melihat judul judul pidato di atas yang menjadi kepedulian perempoen pada waktu itu tidak hanya masalah domestik tapi juga masalah sosial, kultural bahkan kebangsaan.

Perkara sekarang Hari Ibu lebih difokuskan pada seluruh pengorbanan hidup sosok ibu untuk anak dan keluarga dengan cinta seluas samudera. Tentu tidak bisa kita abaikan.

Itu konggres perempoean, bahkan gadis2pun yang belum jadi ibu ikut aktif terlibat.

Pada waktu itupun usia misalnya Siti Mugaromah, Siti Soendari, Tien Sastrodiwirjo masih 20-an tahun dan belum menjadi ibu, masih relatif muda.

Menunjukkan betapa perempuan Indonesia masa itu sudah berpikir dan bertindak melampaui zamannya.

Mari kita sadari bahwa kehormatan manusia itu, tidak peduli laki laki atau perempuan, adalah dimilikinya kesadaran dan kebebasan dalam menentukan pilihan hidupnya.

Memperingati hari ibu adalah memperingati hari perempuan. Memperingati hari manusia dalam pengertian sadar menentukan pilihan pilihan hidupnya. ***

Catatan Achmad Charris Zubair