Mahfud MD: Pengajar di Kampus Jangan Jadi “Diktator”

215

Baca juga: KAGAMA Pertanian Kumpulkan Dana Abadi Ratusan Juta Rupiah untuk Beasiswa Pendidikan

Orasi Ilmiah disampaikan Dr. Octiva Anggraini berjudul “Gender Digital Divide dan Pemberdayaan Perempuan”.

Lebih lanjut Mahfud menekankan pentingnya kampus terus mengembangkan budaya literasi dalam dunia pendidikan.

Kampus harus mampu membangun keyakinan kepada para mahasiswa, agar menyadari dan menghayati bahwa dunia kemahasiswaan, dunia perguruan tinggi itu adalah dunia yang mulai mandiri.

Mahasiswa tidak lagi terlalu banyak bergantung pada kuliah-kuliah di kelas, tetapi sebagian besar ilmu yang harus diperoleh dari setiap mata kuliah itu harus dicari sendiri.

Baca juga: Upaya PTPN Wujudkan Kemandirian Industri Gula Nasional, dari Persoalan Bibit hingga Kesejahteraan Petani

Tentang kampus berbasis budaya Mahfud mengingatkan kembali bahwa berdirinya UWM tidak dimaksudkan untuk menambah daftar perguruan tinggi yang jumlahnya hampir 100 pada waktu itu di DIY.

Tetapi ingin memberi sumbangan bagaimana universitas itu dikembangkan berdasarkan kearifan budaya Indonesia.

“Apa itu budaya? Budaya adalah hasil daya kita, rasa, dan karsa manusia. Oleh sebab itu kalau mau berbasis budaya.”

“Maka pendidikan yang dibangun di UWM ini adalah pendidikan yang menimbulkan ide-ide besar, membiasakan mahasiswa agar memiliki ide-ide orisinil, pembaharuan, tetapi tidak membahayakan.”

“Tetapi juga ada rasa, artinya kearifan hati nurani, sehingga setiap apapun yang dibangun harus berbasis kemanusiaan, berbasis kemaslahatan.”

“Sementara karsa adalah kreativitas, sehingga apabila dilihat hasil produk budaya adalah hasil ciptaan manusia dengan penuh rasa dan karsa, maka yang muncul dari kebudayaan adalah keindahan dan kearifan.” pungkas alumnus Doktor Ilmu Hukum Tata Negara UGM ini. (Th)

Baca juga: Peringati Hari Telur Dunia, KAGAMA Sumsel Bagikan Telur 2.28 Ton kepada Anak-Anak Sekolah