Cerita Perupa Alumnus Filsafat UGM, Lukisannya Dibeli Menteri BUMN Erick Thohir Rp50 Juta

1013

Baca juga: Maxi Consulting Dampingi Program Literasi Digital untuk Para Pelaku UMKM Perempuan di Jateng-DIY

“Lukisan itu saya buat terinpirasi dari dedikasi tenaga kesehatan dalam menghadapi Covid-19,” terang perupa yang memakai nama torehan “Srinthil” di setiap karya lukisnya ini.

Lukisan bergaya surealis ini dibuat Sriyadi dalam waktu sekitar dua minggu di studio Goedang Keboen Damai.

Saat ditanya hendak diapakan uang hasil penjualan lukisan, Sriyadi menjawab uang dari hasil penjualan lukisan selain akan digunakan untuk hidup keluarganya, akan disisihkan untuk modal berkarya komunitasnya.

Karena anggota Komunitas Goedang Keboen Damai sudah sepakat, mereka harus mandiri dari hasil karya yang dihasilkan.

Baca juga: Kiat Mengatasi Stres di Masa Pandemi agar Tidak Menderita

Komunitas Perupa Goedang Keboen Damai

Sriyadi bersama enam perupa lainnya, yakni Hamzah, Irwan, Bambang, Sigit, Aziz, Taufik membentuk Komunitas Goedang Keboen Damai di awal tahun 2021.

Menurut Hamzah, salah satu pegiat Komunitas Goedang Keboen Damai, komunitas ini terbentuk karena mereka sering bertemu di lokasi pertanian yang merupakan tanah kas Desa Sinduharjo, yang disewa oleh keluarga Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Di tempat ini anggota komunitas mencoba mengolah tanah yang ada untuk ditanami sayur dan buah, demi menggerakkan roda ekonomi keluarga yang terdampak pandemi Covid-19.

Kebetulan di salah satu bagian tanah pertanian tersebut terdapat gudang yang digunakan sebagai tempat tidur dan belakangan menjadi tempat melukis.

Dari situ kemudian tercetus nama Komunitas Goedang Keboen Damai.

Baca juga: Bengkel Sapi dan Inovasi Pakan adalah Upaya Mewujudkan Indonesia Swasembada Sapi

Di area seluas lebih dari dua hektar ini anggota komunitas dapat melakukan aktivitas bertani dan melukis.

Telah tercetus keinginan dari komunitas ini untuk menggelar pameran apabila pandemi telah usai.

Selama enam bulan berdiri, masing-masing anggota komunitas rata-rata telah menghasilkan karya 2-3 lukisan.

Ke depan Goedang Keboen Damai ingin mewujudkan konsep art farming, jadi seniman bisa berkarya sambil bertani. Pengunjung pun bisa membeli hasil pertanian di tempat ini.

“Pandemi mengajarkan kami, bahwa seniman harus terus berkarya dengan memanfaatkan potensi yang ada,” pungkas Hamzah, yang juga alumnus filsafat angkatan 1989. (Wm/-Th)

Baca juga: Dirut RSUP Prof. Kandou Apresiasi KAGAMA Manado dan Komunitas Jurnalis Penyintas Sulut Bantu Penangan Covid-19