Satu-satunya Cara yang Bisa Dilakukan Agar Tidak Merasa Cemas pada Covid-19

500
Belakangan ini sirine ambulan setiap hari terdengar. Kabar duka memenuhi grup-grup WA dan media sosial. Foto: Anisa
Belakangan ini sirine ambulan setiap hari terdengar. Kabar duka memenuhi grup-grup WA dan media sosial. Foto: Anisa

KAGAMA.CO, JAKARTA – Belakangan ini sirine ambulan setiap hari terdengar. Kabar duka memenuhi grup-grup WA dan media sosial.

Hal tersebut akhirnya membuat masyarakakat menjadi cemas.

Demikian disampaikan Anisa Cahya Ningrum, psikolog dan Penasihat Motherhope Indonesia.

Alumnus Fakultas Psikologi UGM itu menyampaikannya dalam webinar KAGAMA Health and Caring IV.

Webinar bertajuk “Terapi Kecemasan Covid-19: Kiat Menghilangkan Kecemasan Berlebih di Masa Pandemi” itu digelar pada Minggu (1/8/2021).

Menurut Anisa, rasa cemas yang muncul adalah hal yang wajar.

Munculnya rasa cemas merupakan penanda bahwa diri kita waspada.

Baca juga: Cerita Nilai Ujian Yayuk yang Dibagi Lima untuk Teman-temannya

Pasalnya, jika tidak cemas, maka kita tidak ada kewaspadaan.

Kemudian tidak ada perilaku yang melakukan tindakan antisipatif.

“Justru kecemasan itu normal supaya kita melakukan tindakan antisipatif. Menjadi gangguan ketika terjadi sekian lama dan intensitasnya tinggi.,” jelasnya.

Saat ini, menurut Anisa banyak orang bahkan dari seluruh dunia mengalami kecemasan akibat pandemi Covid-19.

“Keluarga kita, orang terdekat kita banyak yang mendahului kita. Dan itu bisa membuat kita cemas karena kehilangan orang-orang tercinta kita,” imbuhnya.

Di samping itu, kata Anisa, ada pribadi-pribadi yang berisiko mengalami rasa cemas, yakni pribadi yang panik, overthinking, negative thinking dan perfeksionis.

Bahkan, kata Anisa, obat-obatan tertentu juga dapat membuat orang menjadi cemas.

Baca juga: KAGAMA Jatim Salurkan Bantuan Sosial Kemanusiaan untuk Penanganan Covid-19 di Surabaya