Harga Kedelai Naik, Pertanda Baik bagi Petani Lokal?

237

Baca juga: Kagama Karanganyar Siap Berkontribusi untuk Kemajuan Daerah

Menanggapi fluktuasi kenaikan harga kedelai di pasar global, secara terpisah Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Ir. Sugeng Purwanto, M.M.A memberikan tanggapannya.

Menurut Sugeng, kenaikan harga kedelai tersebut justru pertanda bagus bagi para petani.

Sugeng menilai selama ini pengembangan produksi tidak semarak sekarang. Selain dulu pasarnya kurang terbuka, Sugeng menilai harga kedelai juga terlalu rendah.

“Sekarang kenapa harganya menarik? Ini memang program nasional untuk pengembangan kedelai.”

Sugeng bercerita, Direktorat Aneka Kacang dan Umbi Kementerian Pertanian RI telah mencanangkan program pengembangan kedelai dalam negeri.

Pemerintah mengawal proses penanaman kedelai, bibit, asupan pupuk hingga pendampingan bagi para petani.

“Awal kebijakan ini diterapkan, harga kedelai mencapai Rp.9000-9.500 per kilo. Ini sangat menguntungkan bagi petani lokal,” jelasnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Ir. Sugeng Purwanto, M.M.A . Foto: Ist
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Ir. Sugeng Purwanto, M.M.A . Foto: Ist

Baca juga: Lahir dari Keluarga Sederhana, Ratminto Tak Ada Ambisi Mengejar Karier

Menurut Sugeng, jika harga kedelai turun, misalnya di angka Rp.6.000-5.500, justru akan ada masalah lagi di sektor produksi.

Di sisi lalin, jika harga kedelai lokal di pasaran naik, ada persoalan yang dihadapi para pelaku industri hilir seperti pengrajin tempe dan tahu.

Mahalnya bahan baku lokal, akhirnya mendorong mereka untuk mencari bahan yang lebih murah. Misalnya impor.

Menurut Sugeng, selama ini mereka lebih memilih menggunakan kedelai impor. Selain harganya lebih murah, kualitasnya juga dianggap lebih bagus.

“Kami tidak menafikan kalau pengrajin tahu tempe dalam rangka meraih margin keuntungan tentu berharap harga pokoknya murah.”

“Tapi kita juga harus berpikir, kalau harga terlalu jatuh, petani dirugikan, untungnya kurang layak.”

“Tentunya ini akan kembali ke situasi kemarin, ketersediaan kedelai dalam negeri tidak memenuhi dari para perajin karena harganya terlalu rendah,” jelas Sugeng.

Menurut Sugeng, solusinya adalah mengatur harga kedelai lokal yang layak untuk petani, tetapi juga tidak mencekik para pengrajin tahu tempe.

“Kisaran harga mungkin sekarang Rp11.000, makanya pemerintah pusat sudah mempertimbangkan itu pada posisi harga yang menguntungkan.”

“Itu kan harga benih. Kalau harga konsumsi masih di bawah lagi, masih untung,” imbuhnya. (Th)

Baca juga: Kagama Papua Barat Dukung Pembangunan Gedung Sekretariat Ikatan Keluarga Sunda, Jawa dan Madura di Kota Sorong