Kemenhub RI Dukung Produk Fashion Indonesia Masuk ke Pasar Dunia

203

Baca juga: Ki Agus Cahyono: Tidak Mencantumkan Pancasila, PP Nomor 57 Tahun 2021 Perlu Direvisi

Budi mengatakan, pengusaha fashion baik yang mikro maupun makro musti pandai mencari peluang dan membaca pasar.

Di sisi lain, kebiasaan pelanggan dengan adanya pandemi ini turut berubah.

Budi mencontohkan jika dulu pelanggan menginginkan baju yang stylish, formal dan bahkan dengan banyak aksesoris, akan berbeda cerita dengan adanya pandemi.

Menurut Budi, adanya pandemi barangkali para pelanggan akan lebih memilih baju yang simpel.

Budi mengutip hasil survei McKinsey yang membagi dua ajenis consumer care dalam fashion selama pandemi.

Baca juga: Anwar Sanusi: Perpustakaan adalah Penjaga Peradaban

Keduanya yaitu mindset diskon dan eskalasi yang dibutuhkan.

“Artinya diskon itu menjadi daya tarik, dan digital itu menjadi keniscayaan.”

“Dari 56 persen survei McKinsey mengatakan, promo merupakan faktor penting saat belanja. Dan saat penjualan livestreaming, ini dapat meningkat lebih banyak,” jelasnya.

Budi mencontohkan banyaknya artis yang ikut berjualan baju, alat musik, dan sebagainya.

“Itu sudah menjadi gaya hidup. Bagi mereka yang punya instagram dan punya bisnis, hal ini bisa dilakukan,” terang Budi.

Baca juga: PP Kagama Bekali Alumni Milenial dengan Personal Branding