Baca juga: Dubes RI untuk Inggris Raya Merasa Iri dengan Keguyuban Alumni UGM
“Suatu hal yang dikerjakan bukan satu dua tahun, tapi bertahun tahun merawat para buyer dan importir sehingga jalinan kemitraan itu sudah jauh dari praktik konvensional, lebih bersifat kekeluargaan dan gotong royong,” imbuhnya.
Sementara itu, founder dan konseptor G2R Tetrapreneur, Rika Fatimah, P.L., S.T., M.Sc., Ph.D menyatakan, kemitraan akses tes pasar ke Mesir ini merupakan salah satu perwujudan penciptaan pasar non-kompetisi.
Menurut dosen FEB UGM itu, langkah tersebut merupakan wujud Tetra 2 pada siklus G2R Tetrapreneur yang terus berkembang hingga 21 kalurahan (desa) pada tahun 2021.
Adapun G2R Tetrapreneur merupakan wujud inovasi sinergi gerakan gotong royong dan wirausaha desa yang akan membawa kearifan lokal Indonesia ke peringkat dunia. Program ini didirikan sejak 2018.
“Selain itu juga ada 10 desa lainnya dari berbagai wilayah di Indonesia yang dikembangkan melalui mekanisme G2R Tetrapreneur Mandiri,” imbuhnya.
Baca juga: Ketika Ilmu Biologi Bicara Khasanah Budaya Jawa Lewat Keris
Rika menilai, ikonik global merupakan sustainability journey atau perjalanan berkelanjutan yang mempunyai gerakan besar dari hulu hingga hilirnya.
Selain itu, gotong royong intelektual merupakan aset bangsa yang mampu menerobos lini masa dalam penciptaan pasar non-kompetisi atau pasar yang terdidik bagi produk-produk unggulan Indonesia.
“Jadi pasar itu bukan lagi produk dibuat untuk memenuhi pasar namun beyond on that.”
“Yaitu pasar yang diciptakan sedemikian rupa dengan sentuhan intelektual-nya Indonesia melalui karakter-karakter gotong royong, kekeluargaan dan kesyukuran pada Sang Pencipta. Itulah kita, itulah Indonesia,” paparnya.
Adanya tes pasar PU G2R Tetrapreneur ke Mesir ini merupakan salah satu realisasi dari kelanjutan Webinar Nasional Pengembangan Kualitas Produk UMKM Bernilai Tambah.
Baca juga: Kisah Dirjen Ali Ghufron Perjuangkan Vaksin Produksi Indonesia sampai Bikin Amerika Keok
