Ketika Ilmu Biologi Bicara Khasanah Budaya Jawa Lewat Keris

941

Baca juga: Warga KAGAMA Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Tanah Air

Proses kloning juga sudah biasa dilakukan nenek moyang, misalnya melakukan kloning keris.

Budaya Jawa diwariskan oleh nenek moyang yang memiliki kepandaian luar biasa, yang kemudian kepandaian ini diwariskan ke generasi selanjutnya hingga sekarang.

Suparwoto mengatakan bahwa, nenek moyang tidak hanya memahami flora dan fauna, serta interaksi dengan lingkungan. Tetapi, kata dia, lebih dari itu mereka sudah menguasai ilmu biologi.

Keris terdiri dari beberapa bagian, salah duanya adalah dhapur (bentuk) dan ricikan (ornamen).

Ricikan menentukan dhapur kerisnya. Untuk kegunaannya, ditentukan oleh kombinasi antara dhapur dan pamor (guratan terang bilah senjata).

Baca juga: Rimbawan KAGAMA Angkat Bicara soal Penetapan Luas Hutan Minimum 30 Persen di UU Nomor 41/1999

“Keris biasanya diukir dengan aneka ornamen tumbuhan atau hewan. Dipilih dan dipilah terkait tumbuhan atau hewan yang memancarkan kegagahan dan kekuatan untuk dijadikan simbol pembelajaran,” jelasnya.

Dia mencontohkan ukiran hewan naga pada keris. Naga dikenal sebagai hewan yang memiliki kekuatan yang mumpuni, sehingga seseorang yang memiliki keris ini biasanya memiliki karakter yang sama seperti hewan naga.

Salah satu contoh keris dengan ornamen tertentu diberi nama Dhapur Kebo Teki.

Suparwoto menjelaskan, pemilik keris ini diharapkan mampu menjadi yang terdepan seperti Kebo (kerbau), karena sejatinya kerbau punya peran besar dalam bidang tertentu, terutama pertanian.

Menurutnya, pemimpin juga harus siap menghadapi segala perubahan seperti rumput teki yang bisa tetap tumbuh di setiap musim.

Baca juga: Warga KAGAMA Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Tanah Air