Ketika Ilmu Biologi Bicara Khasanah Budaya Jawa Lewat Keris

944
Drs. Suparwoto, alumni Biologi UGM 1976, berbicara khasanah keris Jawa lewat ilmu Biologi. Foto: Ist
Drs. Suparwoto, alumni Biologi UGM 1976, berbicara khasanah keris Jawa lewat ilmu Biologi. Foto: Ist

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Keris merupakan hasil budaya atau kreasi yang dimanfaatkan untuk bertahan hidup, salah satunya untuk kegiatan berburu.

Pemerhati keris, Drs. Suparwoto mengungkapkan, keris pertama kali dibuat dari bahan baja.

Namun, seiring dengan meningkatnya kebutuhan, bahan pembuat keris terus diperbarui menyesuaikan kebutuhan yang ada.

“Nenek moyang zaman nomaden itu hebat-hebat, meskipun ilmu pengetahuan belum berkembang saat itu, tetapi dengan kemampuan seadanya nenek moyang bisa mencampurkan batu meteor, besi, dan baja.”

“Baru kemudian muncul kreativitas untuk memberikan corak seni pada keris,” ujarnya.

Baca juga: KAGAMA Sulbar Gotong Royong Galang Donasi untuk Korban Gempa Bumi di Mamuju dan Majene

Seluk beluk keris itu dia ceritakan dalam acara Ngobrol Santai Fakultas Biologi UGM, bertajuk Khasanah Budaya Jawa Dalam Bingkai Ilmu Biologi, yang digelar beberapa waktu lalu secara daring.

Suparwoto menuturkan, keris mulanya dimanfaatkan sebagai senjata untuk berburu dan berperang.

Lalu karena semakin beragamnya profesi masyarakat, keris dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan setiap pekerjaan.

Seperti keris yang dimiliki saudagar dan tentara memiliki jenis yang berbeda, terutama dari segi energi tampilan dan fungsi yang disesuaikan kebutuhan profesi.

Dengan sejarah masa lalu ini, Suparwoto melihat bahwa ilmu-ilmu seperti geologi, ekologi, dan biologi sudah ada sejak lama dan dipelajari sampai fasih oleh empu atau nenek moyang kita.

Baca juga: KAGAMA Sulbar Salurkan Bantuan Logistik Senilai Rp150 Juta kepada Korban Gempa Mamuju