Kata Idha Arfianti Soal Peran Forensik bagi Penyelesaian Kasus Keracunan

543

Baca juga: Produk Merchandise Kafegama DIY Diluncurkan, Hasil Penjualan untuk Kegiatan Sosial

Selajutnya, temuan otopsi juga harus sesuai. Jangan sampai hasilnya berbeda dengan gejala klinis dan kesimpulannya.

Dokter dalam menentukan diagnosis ini harus berhati-hati. Harus ada kesesuaian dan benang merah antara anamesis sampai temuan otopsi.

Korban keracunan perlu mendapatkan terapi khusus, dengan prinsip utamanya adalah penggantian cairan setelah pasien mengalami muntah-muntah atau diare, baik melalui air minum atau cairan infus.

Berikutnya, ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh setelah muntah-muntah. Terakhir adalah pemberian obat yang sesuai dengan penyebab keracunannya.

Dalam kasus-kasus forensik yang ditangani Idha, dia biasa menemukan adanya edema, kongesti, ulkus dalam saluran cerna, perlemakan pada hepar, serta ditemukan tanda-tanda adanya kekurangan oksigen.

Baca juga: Cerita Gede Mantrayasa, Bangun Kebun Berdaya sebagai Sumber Pangan dan Ruang Kreatif Masyarakat

“Secara fisik, pada jenazah kita temukan bintik-bintik merah pada selaput mata, jari-jari atau mulut yang berwarna kebiruan.”

“Ada lagi pada organ lambung yang keracunan, kita temukan lambung tersebut berwarna merah merata dan sebagian lagi berwarna hitam, yang menunjukkan kerusakan lambung. Dalam hepar pun juga terjadi kelainan, warnanya menjadi lebih pucat dan kekuningan,” tuturnya.

Idha menegaskan, ketika terjadi keracunan kita perlu melakukan tracing, dengan menghitung jumlah total orang yang mengonsumsi dan mengalami gejala keracunan.

Setiap kasus harus dipelajari gejala klinisnya. Kemudian mencatat makanan yang dikonsumsi dan waktu munculnya gejala.

Pastikan etiologinya dari pemeriksaan mikrobipologi, bahan kimia, laporan postmortem, dan hasil laboratorium lainnya.

Lalu yang tak kalah penting adalah investigasi terkait waktu terjadinya kontaminasi dan investigasi lingkungan sekitar.

Selanjutnya investigasi riwayat penyakit pada orang yang memproses makanan dan mengambil sampel untuk pemeriksaan.

“Dari sisi medikolegal, kita akan membantu polisi untuk menyimpulkan, dalam hal ini mengaitkan hasil forensik dengan tempat kejadian, riwayat aktivitas terakhir, dan kemungkinan adanya gejala depresi.”

“Dari sini kita akan temukan adanya unsur bunuh diri atau tidak, atau kesengajaan, dan bisa juga karena motif pembunuhan,” ungkapnya. (Kn/-Th)

Baca juga: Alumni Psikologi UGM Angkatan ’83 Luncurkan Buku Perjalanan Hidup Satu Angkatan