Kisah Stefanie Juergens yang Temukan Belahan Hatinya di Kampus Kedokteran UGM

4078

Baca juga: Rimbawan KAGAMA: UU Cipta Kerja Harus Didukung, tapi Tetap Utamakan Keselamatan Lingkungan

“Minggu berikutnya dia berdiri di dalam kelas sebagai dosen dan saya mahasiswanya. Awalnya itu agak aneh,” terang penyuka kopi ini.

Benih-benih cinta antara Nanie dan Bagas akhirnya mulai bertumbuh. Satu per satu orang di FK UGM pun tahu bahwa asmara keduanya benar-benar serius.

Hanya saja, beberapa dosen di kampus ada yang tidak suka melihat mereka menjalin hubungan.

Kasak-kusuk di kalangan dosen akhirnya berujung pemanggilan Bagas ke kantor Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FK UGM saat itu, Prof. Iwan Dwiprahasto (almarhum).

Hati Bagas sudah berkecamuk sebelum bertemu dengan Prof. Iwan.

Dia diliputi kegamangan apakah harus memperjuangkan cinta atau kehilangan pekerjaan. Tak dinyana, Prof. Iwan justru memberi restu.

“Beliau tanya kepada suami saya, ‘Bagas, kamu single? Nanie single?’ keduanya dijawab ‘iya’ oleh suami saya.”

Baca juga: Perjalanan Gabriel Asem Membangun Tambrauw yang Awalnya Hanya Berupa Perbukitan dan Pantai

“’Kalau begitu, jangan patahkan hatinya!’” tutur Nani, menirukan pesan Prof. Iwan kepada Bagas.

Restu dari Prof. Iwan membawa Nanie dan Bagas melenggang ke jenjang pernikahan.

Masjid Kampus UGM, 5 Mei 2007, menjadi saksi pertalian suci keduanya. Nanie dan Bagas kini telah dikaruniai tiga orang anak.

Tiga tahun berselang, Nanie menyandang lulus dan gelar dokter.

Oktober ini, perempuan yang hobi jalan-jalan ini juga diwisuda dari kampus yang sama setelah merampungkan program Spesialis Mikrobiologi Klinis.

Saat ini, Nanie bertugas sebagai Kepala Departemen Sains dan Teknologi Kedutaan Jerman di Jakarta.

Adapun sang belahan hati, Bagas, kini berpraktik di RSIA Kemang dan RSIA Muhammadiyah Taman Puring, Jakarta Selatan. (Ts/-Th)

Baca juga: Pemerintah Dorong Pengembangan Kawasan Industri Kendal sebagai Super Koridor Jawa Utara