Kisah Stefanie Juergens yang Temukan Belahan Hatinya di Kampus Kedokteran UGM

4064

Baca juga: Beragam Inovasi Ganjar Pranowo yang Membuat Jateng Diganjar Juara 1 Provinsi Terinovatif 2020

Karena itu, jika tetap kukuh untuk kuliah kedokteran di Jerman, dia harus menunggu enam tahun.

Orang tua Nanie lantas coba cari jalan keluar setelah tahu bahwa sang anak tak bisa kuliah kedokteran di Jerman.

Dalam masa pencarian, Nanie bertemu dengan salah seorang teman.

Temannya itu kuliah kedokteran di salah satu universitas di Jerman bersama seorang warga Indonesia. Melalui temannya, Nanie bertanya kepada WNI itu.

“Apakah di Indonesia ada program internasional untuk kedokteran? Ternyata ada, dan itu di Universitas Gadjah Mada (UGM).”

Baca juga: Hal yang Harus Terus Dilakukan Sebelum Vaksin untuk Covid-19 Tiba

“Ya sudah, saya iseng daftar lalu ikut ujian masuk. Ternyata saya lulus,” kenang Nanie, penggemar nasi pecel.

Nanie akhirnya resmi menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran (sekarang FKKMK) UGM pada 2005.

Saat awal-awal menginjakkan kaki di Jogja, bahasa menjadi kendala baginya.

Sebab, meskipun Nanie sudah belajar bahasa Indonesia, campuran bahasa Jawa kerap dia jumpai dalam kuliah maupun keseharian.

Sampai sekarang, kadang-kadang dia masih susah memahami bahasa Indonesia bercampur Jawa.

Baca juga: Upaya Pengabdian Masyarakat Tim Peneliti Fakultas Biologi UGM dalam Mitigasi dan Penanganan Covid-19