Sistem Keamanan Pangan Perlu Diperkuat untuk Cegah Keracunan Makanan

493

Baca juga: Resmikan Gedung Pemerintahan dan Jembatan, Gabriel Asem: Kita Bangun Tambrauw dari Nol

Intoksikasi prosesnya lebih cepat dibandingkan dengan infeksi. Dalam waktu yang tidak lama, seseorang yang mengalami gejala intoksikasi akan langsung mengalami muntah-muntah, diare, atau sakit kepala.

Sementara sumber-sumber kontaminan itu, kata Endang, biasanya datang dari air terpolusi, penjamah makanan, peralatan selama preparasi, hewan peliharaan, kotoran hewan atau manusia, hewan yang terinfeksi, mikroflora asli, serta lalat atau serangga.

Mengutip dari Republika, Endang mengatakan, ada kasus keracunan terjadi di Jember, Jawa Timur.

Sebanyak 350 orang mengalami keracunan ikan tongkol saat perayaan tahun baru 2020.

Setelah ditelusuri, keracunan diduga disebabkan karena proses penyimpanan ikan yang tidak benar.

Baca juga: Urban Farming Tak Hanya Mencegah Krisis Pangan di Masa Pandemi

Selain itu, ada kemungkinan terdapat kandungan histamin yang meningkat pada ikan tongkol tersebut.

Histamin merupakan senyawa yang dihasilkan dari proses enzimatis yang dapat menyebabkan alergi.

Menurut Endang, masyarakat juga perlu mewaspadai adanya keracunan yang disebabkan oleh kontaminasi silang.

Hal itu bermula dari adanya proses perpindahan mikroorganisme dari satu bahan pangan olahan ke bahan olahan pangan lainnya, lewat kontak langsung, pekerja pengolahan, kontak permukaan, air, atau udara.

Menyimpan bahan makanan dengan tidak rapi di kulkas akan menyebabkan kontaminasi silang.

Baca juga: Pendekatan Wadubes Azis Nurwahyudi agar Indonesia Jadi 5 Besar Eksportir Kopi di Rusia