Baca juga: Dengan Urban Farming, Masyarakat Bisa Menikmati Hasil Panen Berkali-kali dalam Setahun
“Kita belum bisa menggunakan ibu kota yang sesuai dengan amanat undang-undang yang ada di Fef. Jadi kita masih menggunakan Sausapor sebagai ibukota sementara untuk pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan,” jelas Gebi yang kini menjabat sebagai Bupati pada periode kedua (2011-2022).
Selanjutnya, Gebi punya strategi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tambrauw.
Gebi membagi Tambrauw menjadi empat sentra pertumbuhan pembangunan di empat distrik (kecamatan).
“Sausapor sebagai kota pelabuhan, Fef sebagai kota pemerintahan dan ibu kota, Kebar sebagai kota pengembangan pertanian dan peternakan, serta Abun menjadi kota tata niaga karena barang-barang produksi akan melaluinya,” terang Gebi.
Dengan pembagian empat titik pembangunan tersebut, dia berharap wilayah yang ditunjuk dapat berkembang pesat pada masa mendatang.
Baca juga: Nahkodai KAFEGAMA MM Periode 2020-2023, Dirut Waskita Karya Fokus Tingkatkan Kemampuan SDM Indonesia
Tak hanya itu, langkah demikian juga dipandang Gabriel dapat memengaruhi distrik-distrik sekitarnya untuk ikut maju. Sehingga, katanya, tidak terjadi kesenjangan pembangunan antardistrik.
“Selama ini terjadi kesenjangan. Sebab, semua orang harus belanja ke Sorong dan Manokwari. Nah, sekarang Sausapor mulai tumbuh dan memengaruhi distrik di sekitarnya,” tuturnya menjelaskan.
Kini, orang-orang Tambrauw tak perlu keluar kota ke Sorong dan Manokwari untuk sekadar belanja. Sebab, Sausapor sudah menyediakan berbagai kebutuhan pokok.
Menggenjot pembangunan infrastruktur sedari awal bukannya tanpa risiko. Gabriel dan para pegawai Pemda Tambrauw meski merasai peluh pemotongan dana operasional.
“Alokasi anggaran ful untuk belanja modal. Jadi, dana belanja aparatur porsinya kami kurangi,” tuturnya menjelaskan.
Baca juga: Apa Saja Kunci Penting Memajukan Petani dan UMKM di Kawasan Lahan Gambut?
