Urban Farming Tak Hanya Mencegah Krisis Pangan di Masa Pandemi

365

Baca juga: Pendekatan yang Dapat Dilakukan untuk Optimalkan Berbagai Daya Tarik Wisata di Satu Kawasan

Aktivitas ekonomi Bali benar-benar lesu, sehingga masyarakat perlu didorong untuk beralih ke sektor lain demi mendapatkan penghasilan.

Salah satu sektor yang menurut Agung potensial untuk menjadi sumber ekonomi Bali adalah sektor agraris.

Sektor agraris di Bali merupakan warisan nenek moyang, yang diharapkan selalu menjadi sumber kemakmuran dan pendapatan masyarakat.

“Namun, persoalan lain menunjukkan, lahan pertanian di Bali semakin berkurang karena adanya alih fungsi lahan. Setiap tahun alih fungsi lahan di Bali mencapai 300 ha seperti yang tertulis dalam media Bali Post. Di samping itu, kualitas SDM juga menjadi kendala, karena turunnya minat generasi muda untuk menjadi petani.”

“Urban farming bisa menjadi solusi untuk menjawab persoalan alih fungsi lahan pertanian di Bali. Masyarakat masih memiliki kesempatan untuk membangun sumber pangan meskipun dengan lahan yang terbatas.”

Baca juga: Alumnus Fakultas Pertanian Angkatan 1986 Diangkat Jadi SEVP Operation PTPN II

“Seperti yang diungkapkan oleh Koordinator Aliansi Desa di sebuah media, urban farming di beberapa negara mampu menyumbang 20-30 persen kebutuhan pangan kota,” jelasnya.

Dengan adanya urban farming, kata Agung, masyarakat memiliki produktivitas yang positif di masa pandemi, membantu mewujudkan lingkungan rumah yang sehat, serta menjawab masalah krisis ruang terbuka hijau.

Dia berharap ke depannya pemerintah bisa membuat kebijakan yang mendukung urban farming.

Walaupun demikian, Agung juga mengimbau masyarakat yang melakukan kegiatan urban farming untuk behati-hati dan mencari cara untuk menghadapi risiko yang ditimbulkan.

Seperti potensi berkembangnya beberapa spesies nyamuk, pemborosan energi air, dan risiko kegagalan tinggi karena minimnya infrastruktur. (Kn/-Th)

Baca juga: Tiga Komponen Penting dalam Pembelajaran Daring di UGM